Kabar24.com, SEMARANG—Para pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT) Jawa Tengah (Jateng) berharap, perjanjian dagang bebas antara Indonesia dengan Uni Eropa dapat segera diselesaikan, demi memperkuat persaingan dengan Vietnam.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Kota Semarang Agung Wahono mengatakan perjanjian dagang bebas dengan Uni Eropa (IEU CEPA) dapat menjadi pendorong utama peningkatan ekspor TPT di Jateng. Seperti diketahui, ketentuan bebas bea masuk TPT dari Indonesia menjadi salah satu kesepakatan yang dibahas dalam perundingan kerja sama dagang kedua kawasan tersebut.
Pasalnya, meskipun masih menjadi tujuan utama ekspor TPT, para produsen asal Jateng khawatir pasar mereka akan semakin tergerus oleh Vietnam. Terlebih, produk TPT asal Vietnam telah dibebaskan bea masuknya menuju ke blok terbesar Benua Biru tersebut. Adapun, bea masuk TPT asal Indonesia dikenakan sebesar 11,2% – 31%.
“Tahun ini kami proyeksikan ekspor TPT Jateng minimal akan tumbuh sekitar 3%-5%. Tetapi tentu saja harapan kami IEU CEPA ini segera disahkan, supaya penetrasi pasar eksportir di Uni Eropa makin kuat,” katanya, Kamis (15/3).
Kebijakan tersebut, lanjutnya, dapat menjadi salah satu solusi di tengah ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan mengenakan bea masuk yang lebih tinggi pada impor produk TPT.
Hal senada pun diungkapkan oleh Wakil Ketua Apindo Jateng yang juga pengusaha garmen Deddy Mulyadi Ali. Menurutnya, pangsa pasar eksportir Jateng berpeluang semakin tergerus oleh negara-negara tetangga seperti Vietnam.
Baca Juga
Pasalnya, negara tersebut memiliki kecepatan produksi yang tinggi, tenaga kerja murah dan jam kerja yang lebih panjang dari Indonesia. Kelebihan tersebut semakin diperkuat oleh akses bebas yang didapat oleh Vietnam melalui sejumlah kesepakatan dagang bebas dengan Uni Eropa. Adapun, Vietnam sendiri telah menyatakan diri bergabung dengan pakta perdagangan bebas Trans-Pacific Patnership (TPP).
“Kita tidak berharap banyak dulu tahun ini. Targetnya sementara ini permintaan produk TPT di Jateng dapat berkelanjutan atau tumbuh moderat,” ujar Deddy.
Selain itu, lanjutnya, tantangan lain eksportir TPT Jateng datang dari peralihan pola transaksi. Menurutnya, para pembeli dari luar negeri memilih untuk melakukan pesanan secara jangka pendek. menggunakan platform e-commerce.
Dia menjelaskan, dengan berkembangnya platform e-commerce tersebut para pembeli dalam partai besar di luar negeri cenderung melakukan order sesuai permintaan. Mereka tak lagi melakukan cara lama dengan menimbun stok di gudang.
Indikasi terseeut salah satunya terbukti dari data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng yang menyebutkan ekspor TPT pada Februari mengalami penurunan 27,38% dari bulan sebelumnya. Adapun, produk tekstil dan barang tekstil masih mendominasi pengiriman luar negeri Jateng, dengan memiliki porsi 43,75% dari total ekspor provinsi tersebut.