Kabar24.com, JAKARTA—Munculnya risiko pada layanan finansial dalam jaringan (daring) menjadi alasan bagi World Economic Forum (WEF) untuk memimpin pembentukan konsorsium industri kemanan siber.
Fokus dari konsorsium ini adalah untuk meningkatkan keamanan siber perusahaan teknologi keuangan. Di tambah lagi, kolaborasi antara fintech dan institusi keuangan memang sudah semakin berkembang.
Matthew Blake, Kepala Inisiasi Sistem Keuangan dan Moneter WEF, mengatakan bawah kebutuhan perusahaan fintech untuk mengimplementasikan pengukuran keamanan siber yang lebih kokoh semakin meningkat.
“Banyak kemitraan yang terbentuk antara perusahaan teknologi keuangan dan institusi pembuat kebijakan. Melalui hubungan tersebut ada potensi munculnya risiko,” kata Blake dalam wawancara, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (7/3/2018).
Kebutuhan akan perlunya mekanisme keamanan siber yang lebih baik tertuang dalam laporan WEF yang diterbitkan Selasa (6/3). Laporan tersebut mengungkapkan bahwa mekanisme keamanan siber yang teratur dapat menjadi solusi dari tantangan keamanan di tengah-tengah meningkatnya penggunaan layanan digital dalam sektor keuangan.
Laporan itu juga mencatat bahwa penggunaan inovasi teknologi, seperti robot dan biometrik, telah meluaskan risiko sejumlah data konsumen.
“Sementara kami sangat antusias dengan inovasi fintech, hal itu ternyata juga membawa risiko yang menurut saya perlu dikenali agar dapat sesuai dengan standar yang ada,” kata Michael Bodson, Direktur Utama DTCC.
Adapun, perusahaan-perusahaan yang menjadi pemrakarsa terdiri dari Citigroup Inc, pemberi pinjaman daring Kabbage, the Depository Trust & Clearing Corporation, Zurich Insurance Group, dan Hewlett Packard Enterprise.
Kelompok ini akan membuat pembingkaian penilaian untuk level keamanan dari perusahaan fintech dan data agregator. Pasalnya, kedua jenis perusahaan tersebut tengah meningkatkan persiapan menghadapi peretas seiring pentingnya stabilitas dalam industri keuangan yang lebih luas.
Untuk diketahui, sektor pelayanan keuangan memang merupakan yang paling rentan terhadap kejahatan siber. Hal itu dikarenakan besarnya aliran uang dan data berharga yang diproses oleh bank dan perusahaan investasi setiap hari.
Selama beberapa tahun ini, bank dan perusahaan keuangan lainnya telah mempererat hubungan mereka dengan perusahaan rintisan berteknologi tinggi. Hal itu dilakukan dengan harapan dapat mengembangkan pembuatan layanan keuangan dan cara penggunaannya.
Peningkatan jumlah kolaborasi itu terjadi baik secara sukarela, dengan bank yang ingin tetap kompetitif, atau dengan regulasi, seperti pembuatan aturan yang dibuat oleh Uni Eropa tentang Tata Cara Layanan Keuangan.
Konsorsium baru itu akan dikelola oleh WEF dan bekerja dengan organisasi baru di Jenewa, Global Center of Cybersecurity. Diharapkan konsorsium ini dapat mengembangkan sistem penilaian per poin untuk perusahaan fintech.