Bisnis.com, JAKARTA - Selain berbisnis, Sukamdani dikenal gemar berorganisasi. Pengalamannya dimulai dari inisiasi kongres perusahaan percetakan Indonesia pada Juli 1956. Dari situ pula, ia membuka jaringan dan mengenal banyak orang, termasuk bertemu Presiden Soekarno.
Eksistensi pria ini kian mapan saat pemerintahan berganti di bawah Rezim Orde Baru. Bekal jaringan yang luas dan keluwesan dalam bergaul membawanya tidak hanya sukses dalam berbisnis tetapi juga pada sejumlah posisi politik penting seperti anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat tiga periode (1987-1999) dan anggota Dewan Pertimbangan Agung (1988-1993).
Sukamdani sempat dipercaya memimpin Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) selama tiga periode dari 1982 hingga 1988. Ia juga tercatat aktif menjembatani ‘islah’ hubungan dagang Indonesia China yang mulanya sempat memburuk pascapergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto.
Sukamdani telah membuktikan bahwa kesuksesan merupakan hasil yang dituai dari pengalaman yang panjang serta menjaga nilai-nilai sebagai entrepreneur sejati. “Kalau orang tidak mempunyai jiwa entrepreunership itu berarti orang bekerja tidak berani hadapi risiko. Harus berani hadapi risiko.Risiko yang diperhitungkan, jangan sampai konyol.”
Menurutnya modal nekat saja sudah pasti tidak cukup. Seorang wirausahawan ulung harus penuh perhitungan, cermat, berani, dan disiplin. Ia juga tidak kehabisan gagasan dalam berkarya. Naluri entrepreunership sudah semestinya tak lekang dimakan usia.
Hingga sebelas windu usianya, Sukamdani tak berpuas diri. Ia masih memelihara mimpi, salah satunya membangun dinasti.
Baca Juga
Bisnis sudah pasti butuh penerus agar berlanjut melintasi waktu. Ia percaya, anak cucunya memiliki kapasitas untuk terus membesarkan Grup Sahid.
“Saya dan istri yang mendirikan, kemudian dikembangkan anak cucu saya. Kalau Allah mengabulkan, Dia akan menjaga,” tuturnya.
Sukamdani telah memulai regenerasi pada tahun 1990-an.
Namun, krisis ekonomi 1997 sempat memaksanya kembali turun gunung memperbaiki usaha hingga 2002 sebelum kembali menyerahkan kendali bisnis kepada anak-anaknya.