Kabar24.com, MATARAM -- Bank Indonesia menilai Nusa Tenggara Barat perlu mengoptimalkan momentum guna memberikan dampak positif yang lebih besar bagi perekonomian daerah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTB Prijono mengatakan selama 2017, NTB menghadapi tantangan perekonomian yang tidak ringan.
Salah satunya disebabkan oleh terbatasnya kuota ekspor tembaga yang berdampak pada terkontraksinya ekspor luar negeri.
"Peran konsumsi masih terbatas, masih belum dapat mendorong perekonomian non tambang yang tertahan oleh melambatnya investasi," ujar Prijono dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Mataram, Kamis (21/12/2017).
Kendati demikian, Prijono menyebut, stabilitas harga di NTB relatif terkendali.
Hal ini merupakan dampak dari peran serta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga, serta mengkomunikasikan kebijakan pengendalian inflasi.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi NTB pada 2017 terkontraksi pada kisaran 0,1%-0,5% (y-o-y).
Sementara itu pertumbuhan ekonomi non tambang berada pada rentang 5,7%-6,1% (y-o-y). Inflasi NTB diperkirakan berada pada koridor 3,0%-3,5% yang berada dalam batas bawah koridor inflasi nasional.