Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Zimbabwe Robert Mugabe membuat pengumuman mengejutkan di televisi, setelah menolak untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
Dilansir Reuters, Mugabe juga berjanji untuk memimpin kongres partai ZANU-PF bulan depan meskipun partai yang berkuasa ini telah memberhentikannya sebagai pemimpin partai beberapa jam sebelumnya.
ZANU-PF telah memberikan waktu kepada presiden tertua di dunia itu kurang dari 24 jam untuk berhenti sebagai kepala negara atau menghadapi pemakzulan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjamin masa jabatannya berakhir dengan damai setelah adanya kudeta de facto.
Grace, istri Mugabe, yang berusia 52 tahun, yang berambisi menggantikan suaminya, dikeluarkan dari partai bersama setidaknya tiga menteri kabinet yang telah membentuk G40, faksi politik yang menjadi kendaraan Grace.
Mugabe mengatakan dalam sebuah pidato di televisi pemerintah pada hari Minggu (19/11/2017) bahwa dia mengakui kritik dari ZANU-PF, militer, dan masyarakat, namun tidak berkomentar mengenai kemungkinan untuk turun dari jabatannya.
"Mugabe mengulur-ulur proses saat dia mencoba mencari jalan keluar yang bermartabat dengan persyaratannya sendiri," ungkap Rashweat Mukundu, seorang analis dari Institut Demokrasi Zimbabwe yang berbasis di Harare, seperti dikutip Bloomberg.
"Proses impeachment masih akan berlanjut, sementara di sisi lain dia akan mencoba dan mengundurkan diri dengan persyaratannya sendiri,” lanjutnya.
Keputusan partai yang berkuasa tersebut untuk memberhentikan Mugabe terjadi empat hari setelah militer menjadikannya tahanan rumah dan menahan beberapa sekutu terdekatnya, yang merupakan langkah yang dipicu oleh pemberhentian wakil presidennya, Emmerson Mnangagwa.
"Tidak jelas apa yang terjadi tapi besok kita lanjutkan prosesnya. Mugabe tuli terhadap rakyat Zimbabwe. Orang-orang 100% mendukung untuk menyeretnya turun," ujar Chris Mutsvanga, kepala Asosiasi Veteran Perang Zimbabwe, mengatakan sehubungan dengan proses permakzulan yang direncanakan di parlemen.
Krisis politik di Zimbabwe ini terjadi setelah ekonomi negara ambruk. Diperkirakan 95% tenaga kerja menjadi pengangguran, infrastruktur publik runtuh dan sekitar 3 juta orang Zimbabwe telah pergi ke pengasingan.