Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo memiliki visi pembangunan yang mumpuni namun juga memiliki batu sandungan dari kalangan internal untuk mewujudkan visi tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan berdasarkan buku "Jokowinomics: Sebuah Paradigma Kerja" yang telah dia baca, Joko Widodo merupakan pemimpin yang berani mengambil keputusan berparadigma futuristik yang kadang tidak dipahami oleh orang lain.
“Catatan bagi kami adalah apa yang dilakukan presiden bertujuan pemerataan, jadi supaya mengejar nilai tambah ekonomi bisa merata. Orang berpikir untuk apa juga bikin kereta cepat Jakarta-Bandung, bangun jalan Trans Papua. Ini genuine leadership Joko Widodo berani meletakan suatu tatanan yang orang tidak pikir sampai di situ. Mungkin beberapa waktu ke depan kebijakan yang diambil akan telrihat manfaatnya,” ujarnya saat menjadi pembahas dalam sesi diskusi dan peluncuran buku Jokowinomics di Kantor Bisnis Indonesia, Rabu (25/10/2017).
Dia juga melihat buku Jokowinomics tersebut menekankan visi Presiden tentang pentingnya daya saing dan nilai tambah. Menurutnya, visi itu tepat karena saat ini rakyat Indonesia tidak bisa berleha-leha. Hal itu terlihat ketika Pemerintah membuka keran Daftar Negatif Investasi (DNI) agar terjadi persaingan antara pengusaha dalam negeri dengan pengusaha dari luar.
Meski demikian, Hariyadi juga menilai ada sisi negatif yang menggelayuti pemerintahan sang presiden. Dia menilai kecepatan visi Jokowi terkadang tidak bisa diikuti oleh para pembantunya. Hal itu, sering dialami kalangan pengusaha ketika mendapati ada kebijakan di tataran kementerian yang kontraproduktif dengan visi presiden.
“Harus ada konsistensi lingkar dalam Joko Widodo untuk mengawal dan ingatkan kepada pembantu-pembantunya tujuan presiden ini sehingga jangan ada kebijakan yang aneh. Saya khawatir jika ketidaksinkronan ini terus terjadi kalangan dunia usaha akan terjadi titik balik kepercayaan kepada pemerintah,” pungkasnya.