Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memerintahkan untuk mengeksekusi mati putranya jika terbukti terlibat dalam perdagangan narkotika dan obat/bahan berbahaya (narkoba).
“Saya memerintahkan untuk membunuhmu jika kamu tertangkap, dan saya akan melindungi polisi yang membunuhmu,” ungkap Duterte, seperti dikutip dari laman Business Insider, Jumat (22/9/2017).
Putranya, Paolo Duterte, adalah Wakil Wali Kota Davao. Awal bulan ini dia dituduh sebagai anggota sindikat kejahatan terorganisir transnasional China. Namun pria berusia 42 tahun ini membantah tuduhan tersebut.
Menurut laporan Sydney Morning Herald, Presiden Duterte telah membenarkan pernyataan bahwa jika putranya terbukti bersalah maka tidak ada satu orangpun yang dapat mencegahnya menerapkan hal tersebut.
“Itu lebih baik, jadi saya bisa mengatakan kepada orang-orang, “Terus saja bicara, itu mayat anak laki-laki saya,” katanya.
Ketika terpilih sebagai Presiden Filipina tahun lalu, Duterte memang menyatakan perang terhadap pengedar dan pengguna narkoba yang olehnya disebut telah menghancurkan negara.
Duterte secara tegas mempertahankan kampanye operasi pemberantasan narkoba dan mengecam keprihatinan siapapun, termasuk Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon dan mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Dia juga mencerca pihak manapun yang ingin berdebat dengannya terkait persoalan tersebut. Pada Senin (21/8), ribuan warga Filipina berunjuk rasa di Ibu Kota Manila untuk memprotes perang narkoba Presiden Rodrigo Duterte yang telah menewaskan 13 ribu orang.
Dalam unjuk rasa itu, para demonstran mengibarkan bendera Filipina dan sejumlah poster bertuliskan, “Lawan Fasis” dan “Hentikan pembunuhan.”
Mereka menuntut dilakukannya penyelidikan independen yang mengungkap eksekusi orang-orang yang dituduh gembong narkoba. Para demonstran juga menyebut Duterte bertanggung jawab atas kematian para korban.
Unjuk rasa ini terutama dipicu oleh kematian Kian delos Santos, remaja berusia 17 tahun yang dituduh sebagai pengedar narkoba. Berdasarkan hasil otopsi, polisi menembakkan tiga peluru ke kepala Santos dari belakang.
Jumlah korban tewas dalam perang narkoba Duterte dilaporkan melampaui jumlah korban tewas kekejaman rezim Marcos yang berkuasa selama dua dekade. Sejak perang narkoba digelar pada Juni 2016, sebanyak 30 anak tewas ditembak polisi.