Bisnis,com, JAKARTA—Moody’s Investors Service memeringatkan, tingkat pertumbuhan usia kerja yang melambat di beberapa negara di Asia berpotensi mengikis kekuatan ekonomi kawasan tersebut.
Lembaga pemeringkat utang tersebut dalam laporannya yang bertajuk “ Sovereigns - Asia Pacific - Investment in human capital can offset demographic drag on growth”menyebutkan, apabila pertumbuhan angkatan kerja domestik yang melambat tidak diimbangi oleh partisipasi angkatan kerja yang lebih besar maka dampak negatif akan mengintai. Dampak negatif tersebut berupa menurunya tingkat mobilitas tenaga kerja dan menurunnya saving rate masyarakat.
“Kondisi ini pada akhirnya akan menghambat pembentukan modal tetap dan sumber daya manusia serta menekan produktivitas,” tulis Moody’s dalam laporannya, Senin (14/8/2017).
Dalam kasus ini Moody’s menyebutkan bahwa Malaysia, Maladewa dan Singapura adalah negara-negara yang selama ini pertumbuhan ekonominya cukup bergantung pada sektor ketenagakerjaan. negara-negara tersebut akan mengalami perlambatan tajam pada populasi penduduk usia kerja mereka.
Rendahnya tingkat partisipasi kerja masyarakat dan menurunnya penduduk usia angkatan kerja pada akhirnya berpeluang menekan pemerintah untuk menarik utang yang terus menerus meningkat. Moody’s mengatakan, dampak negatif dari aspek demografis tersebut dapat diimbangi dengan peningkatak kualitas pendidikan masyarakat dan pengurangan kesenjangan gender.
Di Mongolia, tingkat partisipasi kerja dan pendidikan kaum perempuan hampir setara atau bahkan lebih tinggi daripada laki-laki. Kondisi tersebut, kontras dengan kesenjangan yang terjadi di India, Pakistan dan Sri Lanka. Ketiga negara tersebut, menurut Moody’s, baru memulai inisiatif untuk menekan kesenjangan pendidikan dan partisipasi kerja antara pria dan wanita.
“Pengurangan kesenjangan dalam partisipasi dan pendidikan antara laki-laki dan perempuan sebesar 50% akan mengimbangi setidaknya 1,7% pelambatan pertumbuhan penduduk angkatan kerja,” lanjut Moody’s.
Selain itu, sistem perpajakan dan pensiun yang efisien, serta investasi di sektor pelatihan dan kesehatan tenaga kerja, dapat mengatasi penuaan penduduk yang terlalu cepat di sejumlah negara ekonomi maju dan berkembang di Asia.
Sejumlah negara, seperti Australia dan China disebut lembaga tersebut bahkan telah meningkatkan partisipasi kerja penduduk usia kerja dengan menyediakan pelatihan tambahandan layana kesehatan yang mumpuni bagi pekerja berusia tua. Kebijakan tersebut akan menjadi solusi di tengah menurunnya jumlah angkata kerja sehingga produktivitas dapat terjaga.