Kabar24.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo mengakui bahwa ilmu-ilmu sosial sekarang ini sudah berkembang secara sangat dinamis, seiring majunya teknologi.
Kepala Negara juga mengingatkan bahwa dunia juga berubah begitu sangat cepat. Kemajuan-kemajuan teknologi melahirkan begitu banyak inovasi teknologi yang destruktif sehingga akan bisa mengubah lanskap ekonomi, politik, dan sosial.
“Perubahan itu betul-betul sangat cepat sekali, inovasi-inovasi bisnis sekarang juga sangat cepat sekali. Dulu yang tidak diperkirakan, sekarang muncul semuanya, dan munculnya itu maju,” kata Presiden, dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet, Rabu (9/8/2017).
Hal itu disampaikannya saat membuka Kongres ke-10 Himpunan Indonesia Untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) dan Sebelas Maret International Conference on Business, Economic and Social Sciences (SMICBES) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (9/8/2017).
Dia memberi contoh di negara lain banyak sekali sekarang ini mal/toko ditutup karena sekarang sudah berjualan lewat toko online. “Di negara kita pun sekarang sama. Bukan hanya perusahaan besar, tapi juga pengusaha-pengusaha kecil berjualan lewat Instagram, Twitter, dan sebagainya.”
Hal-hal seperti ini, menurut Presiden, yang sering tidak kita sadari bahwa perubahan itu sudah sangat cepat. Dia memperkirakan 5 tahun—10 tahun lagi juga ada perubahan yang cepat, terutama pada generasi Y.
“Perubahan-perubahan seperti inilah yang harus diantisipasi, termasuk ilmuwan-ilmuwan sosial harus mengantisipasi ini,” tutur Presiden Jokowi.
Lanskap politik pun, lanjut Presiden, juga akan berubah, dan perubahan lanskap politik seringkali sulit diperkirakan. Tahu-tahu, di akhir ternyata hasilnya berbeda, termasuk pemilihan presiden di Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Saat disurvei menang, tapi besok kalah pencoblosan.
Menurut Presiden, cara berpikir generasi Y sangat berbeda dengan generasi sebelumnya sehingga pendekatan politik juga harus berubah. Kalau pendekatan-pendekatan politik masih monoton, linier, rutinitas seperti yang dilakukan sekarang ini, Presiden mengingatkan, tahu-tahu bisa berubah nanti hasilnya.
Kepala Negara memberi contoh betapa isu-isu yang berkembang di media sosial seringkali menjadi rujukan, baik untuk media mainstream maupun untuk rujukan dalam agenda setting kebijakan.
Isu-isu di media sosial yang viral tersebut, tegas Presiden, juga harus kita dengar karena itu suara masyarakat. Oleh sebab itu, menurut Kepala Negara, pola hubungan sosial, landscape sosial kita juga harus kita siapkan antisipasinya.
“Jangan sampai kita keliru mengantisipasinya sehingga tidak bisa mengejar perubahan yang ada dan akhirnya ditinggal,” tuturnya.