Bisnis.com, TOKYO— Bank Sentral Jepang (BOJ) mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya, dan memperpanjang masa realisasi target inflasi.
Dalam keterangan resminya setelah menggelar pertemuan dewan gubernur, Kamis (20/7/2017) waktu setempat, BOJ memutuskan untuk mempertahankan suku bunga depositonya -0,1% dan mempertahankan program penerbitan stimulus moneternya.
Selain itu, BOJ juga memilih untuk memperpanjang kembali rentang waktu pencapaian target inflasi 2% menjadi pada 2019 atau ditambah satu tahun. Perpanjangan waktu ini menjadi keenam kalinya yang dilakukan oleh Otoritas Moneter Jepang tersebut.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda menyatakan penyesalan otoritasnya karena harus memperpajang target pencapaian inflasinya. Dia mengatakan bahwa pihaknya tidak sengaja membuat proyeksinya selama ini menjadi terlalu optimis.
"Saya tidak berpikir orang akan kehilangan kepercayaan pada BOJ hanya karena prakiraan kami tidak terjawab," kata Kuroda, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (20/7)
Menanggapi keputusan BOJ untuk memperpanjang masa pencapaian inflasi ini, Kepala Ekonom Credit Suisse Group AG di Jepang Hiromichi Shirakawa mengatakan stimulus kemungkinan akan mulai dicabut mulai 2020.
Pasalnya, selain inflasi yang ditargetkan baru akan tercapai pada 2019, pada tahun yang sama, pemerintah telah menjadwalkan akan mulai menaikkan pajak penjualan.
"Ke depan, akan ada lebih banyak perhatian pada keberlanjutan stimulus dari pelaku pasar dan anggota parlemen Jepang sendiri," kata Shirawaka.