Bisnis.com, JAKARTA - Ada kecenderungan sektarianisme dan intoleransi yang menguat belakangan ini ditandai dengan maraknya ajaran kebencian yang berpotensi merusak harmoni di masyarakat.
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Dede Rosyada mengatakan kecenderungan itu bertolakbelakang dengan karakter bangsa Indonesia yang relatif terbuka dan menerima setiap bentuk perbedaan.
“Untuk itu perguruan tinggi dan masyarakat akademik tidak bisa berdiam diri menghadapi kecenderungan yang demikian,” katanya usai konferensi internasional bertema Beyond Coexsistence in Plural Societes di UIN Jakarta, Selasa (11/7/2017).
Menurutnya, masyarakat akademik perlu berkontribusi dalam menangkal sektarianisme dan intoleransi sekaligus merawat sikap penghargaan.
Dia menjelaskan UIN Jakarta sebagai perguruan tinggi Islam berusaha menampilkan diri sebagai kampus Islam modern yang bersikap terbuka.
Sebagai contoh, lanjutnya, ada kelas di UIN Jakarta yang mahasiswanya beragama Khonghucu. Bahkan, ada Romo Katolik yang kuliah dan menamatkan doktoralnya di sini.
Baca Juga
Konferensi internasional itu diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LP2M) UIN Jakarta bekerja sama dengan Contending Modernities Working Group on Indonesia University of Notre Dame Australia.
Ketua LP2M UIN Jakarta, Arskal Salim, mengatakan Indonesia menjadi rumah bagi sekitar 200 juta Muslim yang hidup berdampingan secara damai dengan para penganut Kristen dan agama-agama lainnya.
“Keragamaan keagamaan yang relatif stabil dan terjaga menjadi modal penting tumbuhnya Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat,” katanya.
Adapun panelis yang hadir antara lain Scott Appleby, Mun’im Sirry, dan Ibrahim Moosa dari University of Notre Dame serta Robert W. Hefner dari Boston University, James B. Hoesterey dari Emory University, Eckhard Zemmirch dari Humboldt-Universitat, dan Muhamad Ali dari University of California.
Sedangkan panelis dari dalam negeri adalah Azyumardi Azra dan Arskal Salim dari UIN Jakarta, Zaenal Abidin Bagir dari Universitas Gadjah Mada, Ihsan Ali Fauzi dari PUSAD Paramadina, Elga Sarapung dari Dian-Interfidei Yogyakarta, Bagus Laksana dari Universitas Sanata Dharma, dan Dadi Darmadi dari PPIM UIN Jakarta.