Bisnis.com, JAKARTA – Penerapan kebijakan delapan jam belajar dengan lima hari sekolah akan difokuskan pada pembentukan karakter.
Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan kebijakan delapan jam belajar dengan lima hari sekolah merupakan implementasi dari program penguatan pendidikan karakter (PPK).
Program ini menitik-beratkan lima nilai utama, yaitu religius, nasionalis, gotong royong, mandiri, dan integritas. Penguatan karakter ini tidak berarti siswa akan belajar selama delapan jam di kelas. Namun, siswa akan didorong melakukan aktivitas yang menumbuhkan budi pekerti serta keterampilan abad 21.
“Proporsinya lebih banyak ke pembentukan karakter, sekitar 70% dan pengetahuan 30%,” ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi Kemendikbud, Selasa (13/6/2017).
Sumber belajar, sambungnya, tidak hanya didapatkan dari lingkungan sekolah. Beberapa tempat lain yang bisa digunakan yakni surau, masjid, gereja, pura, lapangan sepak bola, museum, taman budaya, sanggar seni, dan lainnya.
Ceramah oleh guru yang selama ini dilakukan di dalam kelas, lanjut dia, harus dikurangi dan digantikan dengan aktivitas positif. Guru pun wajib memantau siswanya agar terhindar dari pengajaran sesat atau yang mengarah kepada intoleransi.
Guru menjadi faktor penting dalam penerapan PPK di sekolah. Guru bukan hanya sebagai instruktur atau pengajar, melainkan juga penghubung sumber-sumber belajar atau resource linkers.
“Guru juga perlu menjadi gate keepers yang mampu membantu siswa menyaring pengaruh negatif seperti radikalisme dan narkoba. Guru juga harus menjadi katalisator yang bisa mengubah potensi anak didik,” imbuhnya.
Penerapan kebijakan delapan jam belajar dengan lima hari sekolah akan dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan dengan kapasitas sekolah. Peraturan terkait hal tersebut akan segera diterbitkan dan disosialisasikan.
