Bisnis.com, SEMARANG — Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah dan DIY mencatat pangsa perbankan syariah masih sangat kecil jika dibandingkan dengan potensi perumbuhannya yang tinggi.
Mengutip data Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah dan DIY, hingga Maret 2017 aset perbankan syariah hanya Rp20,94 triliun. Jumlah itu hanya sekitar 6,3% dari total aset perbankan yang mencapai Rp331,54 triliun.
Pada periode yang sama dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan syariah mencapai Rp15,29 triliun atau setara 6,2% dari total perbankan sebanyak Rp245,78 triliun. Adapun penyaluran pembiayaan perbankan syariah hingga Maret 2017 mencapai Rp15,22 triliun, atau 6,3% dari total kredit perbankan Rp237,77 triliun.
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Jawa Tengah dan DIY Hamid Ponco Wibowo mengatakan persentase segmen syariah terhadap total perbankan masih kecil.
Padahal, peluang untuk perbankan syariah agar membantu menggerakan ekonomi dan pembanguanan di daerah sangat besar. Untuk itu, lanjut dia, ada banyak cara agar perbankan syariah bisa terus bertumbuh.
“Diantaranya bisa masuk ke lembaga-lembaga seperti pesantren karena banyak belum terjamah perbankan syariah, kelola dana masih konvensional. Zakat juga bisa dimanfaatkan sebagai potensi penghimpunan dana karena kalau dana simpanan dari masyarakat saja sifatnya terbatas,” katanya baru-baru ini.
Jika dibandingkan dengan posisi Maret 2016, persentase perbankan syariah tahun ini lebih tinggi. Pada Maret 2016 aset perbankan syariah hanya 5,8% dari total aset perbankan. Sedangkan dana pihak ketiga hanya 5,5% dan penyaluran pembiayaan sekitar 6,1%.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau pelaku industri jasa keuangan syariah dapat memperbesar penetrasi pasar hingga ke daerah-daerah agar memberi kontribusi lebih tinggi pada pertumbuhan ekonomi di daerah ke depan.
Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank Firdaus Djaelani mengatakan saat literasi dan inklusi keuangan syariah di masyarakat meningkat, banyak manfaat yang dapat diperoleh.
“Jadi ke depan industry keuangan syariah itu bukan hanya buat yang kecil-kecil saja tapi masalah keuangan besar bisa dilakukan seperti pembiayaan pembangunan. Industri keuangan syariah harus tumbuh semakin besar apa lagi kita negara dengan mayoritas muslim,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala OJK Kantor Regional III Jawa Tengah dan DIY M. Ihsanudin mengatakan saat ini tingkat literasi industri keuangan syariah khususnya perbankan masih rendah. Secara nasional persentasenya baru 6% dan di Jawa Tengah hanya 11%. Dari sisi inklusi secara nasinal baru 11%, sedangkan di Jawa Tengah mencapai 13%.
“Meski tingkat literasi maupun inklusi Jawa Tengah lebih tinggi dibandingkan dengan nasional, angka tersebut masih harus terus ditingkatkan,” ujarnya.