Kabar24.com, JAKARTA — Pemerintah diharapkan mewaspadai infiltrasi nonmiliter terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wakil Presiden RI ke-6 Try Sutrisno mengatakan bubarnya Uni Soviet sebagai sebuah negara harus menjadi pelajaran bagi bangsa ini. Revolusi yang membuat negara itu pecah berkeping-keping tidak meletuskan satu butir peluru pun untuk berperang.
"Negara raksasa Uni Soviet pecah tanpa satu butir peluru pun. Perang sekarang tidak usah pakai peluru, tidak usah pakai tank, tidak usah pakai pesawat terbang [tapi negaranya hancur]," kata Try di sela Presidential Lecture yang di selenggarakan Bank Indonesia, Senin (22/5/2017).
Dia mengatakan benih perpecahan NKRI ini semakin terlihat dan masuk ke lapisan paling bawah masyarakat dengan mendompleng demokrasi dan kebebasan berpendapat. "Seharusnya demokrasi menjabarkan realitas Pancasila.”
Dia mengatakan sejumlah pilihan politik pascareformasi membuat Indonesia bergerak ke arah yang tidak sesuai dengan semangat negara kesatuan. Aturan membuat para penguasa wilayah menjadi raja-raja baru.
"Sekarang banyak peraturan di daerah yang tidak sesuai dengan [aturan di] pusat," katanya.
Try juga menyoroti pemilihan langsung yang sangat tidak efisien. Sepanjang pagelaran Pemilu dan Pemilukada, kata dia, Komisi Pemilihan Umum mencatat telah menghabiskan anggaran Rp175 triliun.
Jumlah ini akan naik berlipat-lipat jika biaya yang dikeluarkan pasangan calon, simpatisan dan partai penguaung diperhitungkan. Padahal di Amerika Serikat tempat demokrasi Indonesia mencondong sistem politiknya masih mengandalkan perwakilan.
"Wasting energy, wasting money, dan bagaimana eksesnya? Akibatnya semuanya transaksional. Naik jabatan nyogok, rekrut pegawai nyogok," katanya