Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PROYEK OBOR: Indonesia Tak Ingin Serap Berlebihan

Indonesia menjaga diri untuk tidak menyerap secara berlebihan total nilai proyek dalam One Belt One Road (OBOR) yang akan digelar di Beijing, China, pada 14-15 Mei 2017.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kanan) bersama Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong memberi arahan dalam Rapat Koordinasi Nasional BKPM dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu se-Indonesia di Nusa Dua, Bali, Jumat (24/2)./Antara-Nyoman Budhiana
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kanan) bersama Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong memberi arahan dalam Rapat Koordinasi Nasional BKPM dan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu se-Indonesia di Nusa Dua, Bali, Jumat (24/2)./Antara-Nyoman Budhiana

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menjaga diri untuk tidak menyerap secara berlebihan total nilai proyek dalam One Belt One Road (OBOR) yang akan digelar di Beijing, China, pada 14-15 Mei 2017.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan program OBOR berpotensi menjadi program infrastruktur terbesar di dunia di abad ke-21. Arah OBOR ini sejalan dengan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus utama pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

"Jadi, masuk akal bahwa kita harus mencari jalan untuk memanfaatkan program OBOR ini untuk kepentingan infrastruktur kita," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (12/5/2017).

Meski program OBOR harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, Thomas mengingatkan jangan sampai total nilai proyek Indonesia dalam program OBOR mendominasi produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Perkiraannya, Indonesia hanya nilai proyek dari OBOR sekitar 1% dari total PDB Indonesia yang sebesar Rp13.000 triliun atau setara dengan US$1 triliun. Jika Indonesia menggondol proyek sekitar US$10 miliar atau Rp130 triliun saja, dana itu sudah sangat cukup untuk menyokong pembangunan infrastruktur dalam negeri.

"Kita tidak mau satu program tunggal mendominasi. Kita harus memanfaatkan dan menjaga keseimbangan. Kita tidak mau program OBOR menjadi overdominant dalam perekonomian," tutur Thomas.

Dia mencontohkan Pakistan yang memiliki program infrastruktur OBOR sangat dominan dalam perekonomiannya. Pakistan merupakan negara yang paling gencar dalam program OBOR, dengan realisasi proyek OBOR sebesar US$62 miliar, setara dengan 25% dari PDB Pakistan sekitar US$250 miliar.

Sementara itu, bila dibandingkan dengan negara tetangga, jumlah proyek OBOR yang diterima Indonesia memang sangat kecil. Indonesia baru merealisasikan program OBOR dengan capaian US$5 miliar hingga US$6 miliar, jauh lebih mini dari Filipina yang telah mencapai US$24 miliar dan Malaysia dengan realisasi US$30 miliar.

"Size Indonesia sangat besar, US$1 triliun per tahun. Kita tidak perlu takut bahwa kita tetap bisa menjaga supaya proporsional," ucap Thomas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper