Bisnis.com, JAKARTA -- Wakil Presiden AS Mike Pence menyatakan AS akan menghormati kesepakatan kontroversial tentang pengungsi dengan Australia.
Pence menyatakan hal tersebut saat menggelar konferensi pers dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull. Menurut Pence, kesepakatan itu akan dicermati lagi, juga dihormati, tapi tidak berarti AS kagum atas kesepakatan itu.
"Kami akan menghormati kesepakatan ini sehubungan dengan aliansi yang sangat penting ini," kata Pence di kediaman resmi Turnbull di Sydney, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (22/4/2017).
Australia adalah salah satu sekutu setia Washington dan telah mengirim pasukan untuk berperang bersama militer AS saat konflik di Irak dan Afghanistan.
Berdasarkan kesepakatan, AS akan memukimkan kembali 1.250 pencari suaka yang berada di kamp pengolahan lepas pantai di Kepulauan Pasifik Selatan di Papua Nugini dan Nauru. Kesepakatan itu disetujui Presiden AS Barack Obama akhir tahun lalu. Sebagai gantinya, Australia akan memindahkan pengungsi dari El Salvador, Guatemala, dan Honduras.
Sebelumnya, Gedung Putih menyatakan akan menerapkan pemeriksaan ekstrim terhadap para pencari suaka yang berada di pusat pemrosesan Australia yang mencari pemukiman kembali di AS.
Kesepakatan itu lebih penting bagi Australia terutama di Pulau Manus, Papua Nugini, tempat terjadinya kekerasan antara penghuni dan narapidana yang terjadi pekan lalu. Australia saat ini berada di bawah tekanan politik dan hukum untuk menutup kamp-kamp bagi pengungsi.
Para advokat pencari suaka menyambut baik komitmen AS, walau mereka tetap khawatir pemeriksaan ekstrim dilakukan bagi kurang dari 1.250 pencari suaka yang ingin mukim lagi di AS.
"Hal yang masih belum jelas adalah berapa banyak orang yang akan memiliki peluang ini, kejelasan harus ada," kata Graham Thom, Koordinator Pengungsi dai Amnesty International Australia.
Menurutnya, kekerasan di Pulau Manus akhir pekan lalu menunjukkan lebih jauh bahwa pemerintah Australia perlu menyampaikan komitmen yang jelas bahwa tidak ada pengungsi atau orang yang mencari suaka akan ditinggalkan di Papua Nugini atau Nauru.