Bisnis.com, JAKARTA --Suku Anak Dalam yang berada di dalam rimba di Sumatra memiiliki cara pandang yang lugas dan apa adanya. Mereka tak ragu mempertanyakan manfaat dari suatu hal, termasuk jika dirinya mengetahui nama-nama menteri kabinet.
Pendiri Sokola Rimba Saur Marlina Manurong alias Butet menuturkan mengajar siswa suku-suku anak dalam alias orang rimba tidak dapat disamakan dengan mengajar siswa pada umumnya.
Tidak sekadar menguasai metode pengajaran, tetapi dibutuhkan memahami adat istiadat mereka agar pengajaran tersebut tepat sasaran. Butet bercerita saat awal mengajar orang-orang rimba di Sumatra, dia memberikan pelajaran tentang pengetahuan umum layaknya di sekolah.
"Mereka diberi pengetahuan tentang nama-nama menteri. Mereka bertanya, kalau saya tahu nama menteri apa pentingnya buat kami," tuturnya di Jakarta, Kamis (30/3/2017).
Butet menyadari suku anak dalam tidak memerlukan pengetahuan seperti itu. "Yang mereka butuhkan adalah pengetahuan praktis yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Oleh sebab itu mereka diajarkan membaca agar tidak mudah dibohongi orang-orang yang hendak mengambil wilayah adat mereka," ujarnya.
Butet menceritakan, saat mereka belum bisa baca tulis, kalau ada orang mau menebang hutan, orang-orang rimba itu lari ke dalam hutan. Begitu mereka bisa baca dan diberi pemahaman mereka menghadapi orang-orang itu.
Baca Juga
"Mereka akan bicara tentang hak-hak adat mereka sesuai dengan undang-undang. Jadi mereka tidak bisa dibohongi lagi," tuturnya.
Butet mengatakan, pendeketan pendidikan terhadap suku-suku pedalaman harus disesuaikan dengan adat istiadat mereka. Selama ini, jika ada sekolah-sekolah di pedalaman pendekatannya tidak disesuaikan dengan kearifan lokal di sana.
"Kalau pendekatannya Jakarta sentris tidak akan berhasil," ujarnya.