Kabar24.com, PADANG—Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumatra Barat membuka investasi di sektor perhotelan guna menunjang pengembangan pariwisata setempat.
Ali Yusuf, Wali Kota Sawahlunto menyebutkan daerahnya masih kekurangan hotel berbintang untuk menunjang iven skala besar seperti pelaksanaan Tour de Singkarak (TdS) dan iven lainnya.
“Untuk iven skala besar masih terkendala kurangnya hotel berkapasitas besar. Kami buka investasi di perhotelan, cottage dan pengembangan pariwisata lainnya,” katanya, Jumat (24/3/2017).
Menurutnya, untuk saat ini kebutuhan kamar di Sawahlunto bisa ditutupi dengan keberadaan homestay yang dikembangkan masyarakat. Setidaknya, dari homestay yang dikelola masyarakat itu ketersediaan kamar mencapai 120 unit.
Sisanya dari sejumlah hotel yang ada di daerah itu. Namun, ketiadaan hotel berkapasitas besar atau skala bintang 4 membuat pelaksanaan iven besar tidak optimal.
“Kami ingin kembangkan di daerah pinggiran, untuk membuka kawasan kota baru, karena Sawahlunto ini kan kecil,” ujar Ali.
Dia menjamin tidak ada hambatan soal investasi di daerah itu, baik dari pengurusan izin melalui pemda hingga persoalan pembebasan lahan yang selama ini kerap kali menjadi ganjalan investasi di Sumbar.
Apalagi, untuk tahun ini Pemkot Sawahlunto menggelar sedikitnya 27 iven pariwisata seperti Sawahlunto International Music Festival (SIMFes), Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa) dan berbagai iven lainnya.
Target kunjungan wisatawan juga dipatok meningkat hingga mencapai 1 juta orang dari pencapaian tahun sebelumnya yang hanya 876.000 orang.
“Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan dan banyaknya iven pariwisata skala nasional dan internasional yang kami laksanakan memang dibutuhkan hotel-hotel berkapasitas besar,” katanya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumbar Maulana Yusron mendorong pelaku usaha perhotelan untuk melirik kawasan baru di Sumbar, di luar Padang dan Bukittiinggi.
“Posisinya [ketersediaan kamar], untuk Padang dan Bukittinggi itu sudah oversupply, pembangunan hotel sudah perlu pemerataan ke daerah-daerah lain,” katanya.
Menurutnya, sebaran jumlah hotel di Sumbar tidak berimbang dan hanya terpusat di Kota Padang dan Bukittinggi. Sehingga, belum meratanya penyebaran jumlah hotel itu juga menghambat pengembangan wisata daerah itu.
Dia mengatakan sejumlah daerah patut dikembangkan untuk investasi sektor perhotelan, seperti di kawasan Mandeh-Painan, Kabupaten Pesisir Selatan, Maninjau, Kabupaten Agam, Kota Sawalunto, dan Kabupaten Solok Selatan.
Strateginya, imbuh Maulana, pemerintah daerah mesti lebih giat mempromosinya potensi wisatanya untuk menarik minat investor menanamkan uangnya untuk pengembangan sektor pariwisata.