Bisnis.com, SANA'A - "Pihak yang berperang tak peduli pada kami!" Itu lah kata-kata terkenal yang biasa terdengar di Ibu Kota Yaman, Sana'a, ketika rakyat biasa bertemu di jalan, pertemuan sosial atau kedai kopi.
Hampir dua tahun sejak perang saudara meletus di negara Arab di ujung selatan Jazirah Arab tersebut. Sejak itu, tragedi telah melanda hampir setiap keluarga di Yaman; banyak orang kehilangan orang yang mereka cintai dan sebagian kehilangan seluruh anggota keluarga mereka dalam satu serangan udara saja.
Upaya perdamaian telah berulangkali gagal mengakhiri perang yang memporak-porandakan dan sudah menyebar kelaparan di kalangan masyarakat luas, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa malam. Rakyat biasa jadi kurang percaya dan makin cemas dengan pernyataan yang seringkali dikeluarkan dengan kemasan oleh politisi mengenai perdamaian.
Sekali lagi, Utusan Khusus PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed pada Ahad (22/1) melakukan kunjungan kerja ke Sana'a, yang dikuasai oleh kelompok Syiah Al-Houthi dan pasukan sekutunya yang setia kepada mantan presdien Ali Abdullah Saleh, dalam upaya baru untuk menggolkan penyelesaian melalui perundingan.
Namun, sekalipun setiap upaya PBB diluncurkan untuk menembus kebuntuan, perang tiba-tiba meningkat dan korban jiwa di pihak sipil dari kedua pihak terus bertambah, sementara masing-masing pihak yang berperang mengaku pasukannya bergerak maju dalam menghadapi pihak lawan.
Warga sangat rindu untuk menyaksikan hasil dari babak baru upaya utusan PBB tersebut guna mengakhiri perang.
"Kami optimistis dalam melihat upaya baru PBB guna mengakhiri perang dan menghilangkan seluruh blokade," kata Murshid Ar-Raymi (55), yang menglola toko kecil kelontong.
Perang saudara di Yaman meletus pada 26 Maret 2015, lima bulan setelah kelompok Al-Houthi --yang didukung oleh pasukan Saleh-- bergerak maju ke arah selatan dari kubu mereka di Provinsi Saada, Yaman Utara, untuk akhirnya mengusir Pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang didukung Arab Saudi, dan merebut kekuasaan atas Ibu Kota Yaman.
Petempur Al-Houthi mengatakan mereka memerangi pemerintah korupsi dan menolak undang-undang dasar yang disusun pemerintah dan membagi Yaman jadi enam federasi regional dengan pemerintah lokal dan menyebarkan sumber daya di negeri itu.
Yaman telah menjadi ajang perang regional seperti Suriah, dan Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa "koalisi sembilan negara Arab pimpinan Arab Saudi ikut campur secara militer di Yaman untuk mengembalikan kekuasaan Pemerintah Presiden Hadi, yang diakui masyarakat internasional".
Tapi yang sesungguhnya terjadi ialah banyak warga miskin di Yaman tewas akibat serangan udara, bom tandan --yang dilarang secara internasional dan munisi lain yang ditujukan ke sekolah, rumah sakit, pasar terkenal serta permukiman.
Selain itu, ribuan anak Yaman meninggal akibat kelaparan gara-gara blokade darat, laut dan udara yang diberlakukan oleh pasukan koalisi.
Lembaga kemanusiaan PBB melaporkan di dalam data statistik terkini mereka, lebih dari 10.000 orang Yaman --kebanyakan warga sipil-- tewas sejak meletusnya perang saudara, lebih dari 30.000 cedera dan sebanyak tiga juta orang telah kehilangan tempat tinggal.
"Kami menderita akibat pembunuhan setiap hari, serangan udara setiap hari dan kelaparan setiap hari," kata Ali Motahar (32), pekerja pabrik yang tergeletak di rumah sakit. Ia menderita luka akibat satu serangan udara di dekat rumahnya di Sana'a tiga bulan lalu.
"Setiap hari saya berharap bisa pulih dan keluar dari rumah sakit, tapi luka-luka saya masih serius," kata Motahar.
"Tapi saya tetap optimistis mengenai Yaman baru yang penuh kedamaian dalam waktu dekat," katanya.
Warga Yaman Optimis Perdamaian Bakal Terwujud
Pihak yang berperang tak peduli pada kami! Itu lah kata-kata terkenal yang biasa terdengar di Ibu Kota Yaman, Sana'a, ketika rakyat biasa bertemu di jalan, pertemuan sosial atau kedai kopi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu