Kabar24.com, JAKARTA - Pengembangan sumber daya manusia unggul harus didasarkan pada standar global agar mampu menghadapi persaingan di skala regional maupun internasional.
Hal ini dikatakan Menteri Pariwisata Arief Yahya saat memberikan orasi ilmiah dalam acara wisuda Universitas Sahid ke-37 di Hotel Sahid, Jakarta, Selasa (15/11/2016).
Arief menyatakan daya saing sumber daya manusia Indonesia di bidang pariwisata masih kalah dibandingkan dengan negara-negara tetangga, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Untuk skala Asean, Indonesia berada di peringkat kelima, setelah Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. "Makanya poin saya adalah, gunakanlah standar global atau minimal standar regional supaya bisa maju," kata dia.
Kemenpar menargetkan tenaga kerja yang tersertifikasi dapat meningkat signifikan dari 121.000 pada 2014 menjadi 500.000 pada 2019. Demi memacu kualitas, standar sertifikasi yang diterapkan disesuaikan dengan pengaturan saling pengakuan Asean.
Menurutnya, pengembangan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi unggul, semakin mendesak dilakukan. Apalagi penerapan pasar tunggal Asean membuat arus perpindahan tenaga kerja menjadi semakin mudah.
"Meski kecil kemungkinan orang dari negara berpendapatan tinggi seperti Singapura dan Malaysia ke Indonesia, masih ada ancaman dari pekerja Filipina, sebab mereka mayoritas lebih mampu berbahasa Inggris dan mau digaji dengan standar Indonesia," tuturnya.
Yayasan Sahid Jaya menyatakan lembaga pendidikan tinggi yang dinaunginya terus melakukan perbaikan untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing.
Rektor Universitas Sahid Jakarta Rahman Abdullah mengatakan upaya yang dilakukan meliputi pembaharuan pada aspek kurikulum dan nonkurikulum. Rahman mencontohkan para lulusan mulai dibekali dengan surat keterangan pendamping ijazah (SKPI) yang berisi keterampilan nonakademik.
Pihaknya juga mensyaratkan sertifikat TOEFL sebelum lulus sehingga mahasiswa diharapkan menguasai minimal satu bahasa asing agar bisa bersaing dalam MEA.
"Kemudian kami juga mengkaji ulang kurikulum pada 11 program studi kami, jadi mulai tahun ini semua kurikulumnya disesuaikan dengan dunia kerja. Itu yang kami sebut unggul sehingga kami bisa tetap terdepan dalam persaingan yang semakin ketat," ujarnya.
Bentuk perbaikan lainnya mencakup perbaikan tata kelola, penambahan jumlah dosen, perbaikan sistem dan IT, serta pengadaan sarana dan prasarana.
"Kami baru saja meningkatkan standar mutu menjadi ISO 9001 tahun 2015. Bedanya dengan yang dulu yakni sifat perbaikan yang dilakukan harus terus menerus, tidak boleh berhenti."
Ketua Dewan Pendiri dan Pembina Yayasan Sahid Jaya Sukamdani Sahid Gitosadjono mengatakan pihaknya akan melakukan ekspansi perguruan tinggi tersebut lewat penambahan fakultas dan kampus.
Saat ini Yayasan Sahid Jaya tengah membangun Sekolah Tinggi Pariwisata baru di Payakumbuh, Sumatera Barat.
Pada saat yang bersamaan, Univesitas Sahid Jakarta juga sedang mempersiapkan naskah akademik untuk pembukaan fakultas kedokteran, fakultas kepariwisataan, program magister hukum dan program doktor ilmu ekonomi.
"Baik Universitas Sahid maupun Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid masing-masing ada dua kali wisuda setahun sehingga kami mencetak banyak sarjana," katanya.
Dalam acara wisuda kali ini, Universitas Sahid meluluskan 273 orang wisudawan terdiri dari 244 orang dari program S1 dan D3 serta 29 orang dari program pasca sarjana magister dan doktor.
Dia mendorong para lulusan yang dihasilkan dapat terjun dalam bidang wirausaha dan membuka lapangan kerja yang lebih luas. "Harapannya yang bergelar sarjana dan bahkan doktor mampu membangun bangsa ini, kalau bisa jangan bekerja sebagai PNS atau pegawai swasta tetapi berwirausaha."