Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Hotel Singapura Panas Dingin

Kenaikan jumlah wisatawan ke Singapura pada paruh pertama tahun ini, rupanya tak serta merta membuat industri perhotelan negara ini turut meningkat. Awan kelam justru bisa semakinm menggelayuti sektor tersebut tatkala virus zika mulai masuk ke negara ini
Virus Zika bisa menular lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti atau hubungan seksual./.Reuters
Virus Zika bisa menular lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti atau hubungan seksual./.Reuters

Kenaikan jumlah wisatawan ke Singapura pada paruh pertama tahun ini, rupanya tak serta merta membuat industri perhotelan negara ini turut meningkat. Awan kelam justru bisa semakinm menggelayuti sektor tersebut tatkala virus zika mulai masuk ke negara ini

Saat ini serangan virus zika telah meningkat di Negeri Singa. Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan, hingga Selasa (6/9/2016) jumlah penderita virus zika yang disebarkan melalui gigitan nyamuk itu telah mencapai 258 orang.

Jumlah itu meningkat pesat dari Senin (29/8/2016) pekan lalu yang mencapai 41 orang. Otoritas kesehatan Singapura mengatakan, meskipun negaranya memiliki standar kesehatan yang tinggi, penyakit yang tersebar melalui nyamuk telah menjadi endemik di negara ini.

Kawasan pinggiran seperti Aljunied dan Paya Lebar menjadi daerah yang paling besar menyumbang penderita zika.

Masyarakat yang terinfeksi rata-rata muncul dari kalangan pegawai konstruksi kondominium dan hotel yang sedang dibangun di Singapura. Situasi ini otomatis menjadi ancaman bagi ekonomi Singapura, terutama dari sektor pariwisata dan perhotelan nasional.

UOB Kay Hian dalam laporan terbarunya mengatakan, wabah virus zika berpotensi besar mengubah peruntungan Singapura di sektor wisata beserta turunannya.

Berdasarkan pengalaman virus SARS yang berkembang di Singapura pada 2003, jumlah kedatangan wisatawan anjlok hingga 70% hanya dalam tiga bulan.

Pada periode yang sama tingkat hunian hotel terjun hingga 40%. Sementara itu, tarif kamar dari hotel-hotel di negara tersebut juga tergerus hingga 17%. Hal itu otomatis berpotensi menimbulkan pukulan tambahan bagi industri wisata dan hotel negara paling maju di Asia Tenggara ini.

Sebelumnya, berdasarkan data Singapore Tourism Board (STB), pendapatan per kamar rata-rata hotel di Negeri Singa telah jatuh hingga 7,4% ke posisi US$132 per malam pada Juni 2016. Jumlah itu menjadi yang terendah sejak 2010.

Perolehan dari industri hotel tersebut tak sebanding dengan jumlah wisatawan yang masuk, yang rata-rata naik 12,5% sepanjang Januari-Juni 2016 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Lonjakan jumlah wisatawan yang masuk paling besar terjadi pada Maret 2016, dengan tumbuh 16,9% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu.

Kondisi itu diperparah pula oleh kelebihan pasokan kamar hotel yang terjadi di Singapura pada tahun ini. UOB Kay Hian Pte. dalam laporannya mencatat, jumlah kamar hotel baru pada semester I/2016 naik hingga 5%.

Total 2.866 kamar hotel dijadwalkan dibuka pada tahun ini, dengan dua pertiga di antaranya akan mulai dipasarkan pada semester II/2016 Marriot International Inc. dan Holiday Inn Express menjadi dua raksasa perhotelan yang akan membuka kamar-kamar hotel baru di Singapura tahun ini.

“Kelebihan pasokan kamar hotel akibat bertambahnya hotel di negara ini akan berdampak negatif pada tarif kamar yang ditetapkan,” ujar analis Macquarie Group Ltd. Ken Ang dan Tuck Yin Soong.

Kedua analis itu melihat, perang tarif sewa hotel akan terus terjadi sepanjang tahun ini. Setiap perusahaan akan berusaha memangkas keuntungannya demi menjaga tingkat keterisian kamarnya.

Di sisi lain, Ang juga melihat, semakin memendeknya jangka waktu wisatawan untuk berlibur di Singapura juga sangat memengaruhi bisnis perhotelan. Menurutnya, jumlah wisatawan masuk memang masih cukup tinggi, tetapi durasi liburan mereka terbilang sangat singkat.

STB melaporkan, pengunjung asal China merupakan kelompok wisatawan terbesar yang masuk ke Singapura sepanjang tahun ini. Khusus untuk Juni, jumlah wisatawan asal Negeri Panda meningkat hingga 53% dibandingkan dengan kedatangan pada tahun sebelumnya.

Namun, rata-rata wisatawan dari China tak memiliki jangka waktu berlibur yang panjang. Analis UOB Kay Hian Pte. Derek Chan mengatakan, banyak wisatawan asal Negeri Tirai Bambu mengandalkan dana yang terbatas.

Mereka rata-rata membatasi hari liburan mereka, dan memilih untuk menginap di penginapan yang menawarkan harga lebih murah. Chang mengatakan, para wisatawan asal China akan buru-buru meninggalkan

Singapura dan berpindah ke Johor Bahru di Malaysia untuk sekedar menginap. 

“Turis China yang datang ke Singapura rata-rata datang dari kota-kota sekunder. Mereka memiliki kesadaran yang tinggi akan anggaran liburan mereka. Sebisa mungkin mereka akan berhemat,” kata Chang.

TRAVEL WARNING

Namun, jumlah wisatawan yang masuk berpotensi terus menurun secara drastis pada beberapa bulan mendatang, apabila penyebaran virus zika tak segera ditangani Pemerintah Singapura.

Pada semester I/2016 kedatangan wisatawan ke Negeri Merlion mencapai hampir 8,2 juta orang dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dengan 7,3 juta orang. Catatan yang membaik itu berpeluang kembali anjlok seiring dengan munculnya travel warning dari beberapa negara.

Australia, Taiwan, dan Korea Selatan telah menerbitkan larangan berkunjung terhadap penduduknya ke Singapura pada pekan lalu. Senada, Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan pada Rabu (31/8/2016) juga telah mengeluarkan travel advisory terkait dengan rencana kunjungan masyarakat ke Singapura.

Sementara itu, Senin (5/9) lalu Hong Kong menyusul keempat negara itu untuk menerbitkan kebijakan serupa. Filipina dan Malaysia diperkirakan akan segera menerbitkan kebijakan serupa menyusul telah ditemukannya masing-masing satu kasus zika di kedua negara tersebut.

Dampak kasus tersebut pun akhirnya harus menjalar ke sektor perhotelan nasional. Selain akibat kelebihan pasokan kamar operator hotel, menurunnya jumlah wisatawan juga akan berdampak pada tingkat keterisian kamar hotel.

Nilai Saham Hotel Properties Ltd, yang memiliki hotel Four Seasons, Hilton dan Concorde di Singapura, tercatat telah jatuh 10%. Global Premium Hotel Ltd, yang menjalankan beragam jaringan hotel bujet di Singapura juga telah anjlok 12%. 

Sementara itu, kepala Ekonom IHS Markit Rajiv Biswas mengatakan, wabah zika dalam jangka waktu tertentu akan membuat perekonomian nasional semakin terbebani, setelah sebelumnya terlebih dahulu terpukul oleh efek pelambatan ekonomi China dan harga minyak global. (Bloomberg/Reuters)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bisnis Indonesia (7/9/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper