Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tanggapan Mendikbud soal Petisi Tolak "Full Day School"

Setelah disuarakan puluhan ribu warga masyarakat yang menandatangani petisi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy memberikan tanggapan resmi.
Sejumlah murid SD kelas 1 meneriakan 'yel-yel' saat melakuka perkenalan sekolah pada hari pertama masuk sekolah di SDN Minasaupa Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/7/2016)./Antara
Sejumlah murid SD kelas 1 meneriakan 'yel-yel' saat melakuka perkenalan sekolah pada hari pertama masuk sekolah di SDN Minasaupa Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/7/2016)./Antara

Kabar24.com, JAKARTA - Setelah disuarakan puluhan ribu warga masyarakat yang menandatangani petisi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy memberikan tanggapan resmi.

Menteri yang baru dilantik pada 27 Juli lalu itu mengungkapkan pernyataannya melalui layanan fitur Pembuat Kebijakan yang tersedia di laman Change.org.

"Saya mengikuti perkembangan diskusi dan percakapan di pelbagai media sosial, media cetak hingga elektronik terkait gagasan untuk menambah jam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Saya sangat berterimakasih kepada banyak pihak yang nyata-nyata memiliki kepedulian guna perbaikan dunia pendidikan kita. Saya juga menghargai petisi "Tolak Pendidikan 'Full Day School'/Sehari Penuh di Indonesia" yang digulirkan Sdr. Deddy Mahyarto Kresnoputro yang telah mencapai 41 ribu lebih pendukung," kata Muhadjir, dalam keterangan persnya, Senin (15/8/2016).

Bahkan, tanggapan resmi Mendikbud tersebut  juga telah dikomentari oleh para penandatangan.

"Tidak semua murid nyaman berada seharian di sekolah, tidak semua murid mempunyai gizi yang baik mengikuti program FDS," kata Sudi Hardjono.

Sebelumnya, diberitakan ramainya penolakan atas penerapan 'full day school' yang diwacanakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Sebagian penolakan tersebut terwakili oleh dua orang pembuat petisi.

Pertama, Deddy Mahyarto Kresnoputro, salah seorang yang menyebut dirinya sebagai orangtua murid.

Sedangkan petisi yang kedua dibuat oleh Gita Putri Damayana, seorang peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSHK).

"Pertama, tidak ada studi atau riset maupun statistik yang ditunjukkan oleh Menteri Muhadjir yang membuktikan bahwa benar anak Indonesia akan lebih baik dengan kebijakan full day schooling.

 Kedua, kebijakan ini sangat bias di kota besar, mengabaikan anak-anak Indonesia yang dalam kesehariannya sepulang sekolah membantu orangtuanya sebagai bertani, melaut dan berdagang.

Ketiga, agar Mendikbud berhenti menjadikan anak Indonesia sebagai percobaan. Dari mulai gonta-ganti kurikulum hingga kebijakan full day school seakan coba-coba mana yang efektif untuk satu generasi," tulisnya.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper