Kabar24.com,JAKARTA — FBI tidak menginformasikan kepada Komite Nasional Partai Demokat (DNC) bahwa pejabat Amerika mencurigai pihkanya menjadi target serangan cyber yang didukung oleh Pemerintah Rusia ketika para agen pertama kali menghubungi pihak DNCpada musim gugur lalu.
Informasi ini didapatkan dari tiga orang yang memahami hal ini dan tidak ingin disebutkan identitasnya.
Dan dalam tindak lanjut selama berbulan-bulan terkait keamanan jaringan DNC, FBI tidak mengingatkan pihak pejabat partai bahwa serangan tersebut sedang diinvestigasi sebagai spionase Rusia, ujar sumber tersebut seperti dikutip dari Reuters, Rabu (3/8/2016).
Pengungkapan oleh FBI yang tidak sepenuhnya membuat staff DNC tidak sempat mengambil langkah guna mengurangi jumlah pencurian email rahasia dan dokumen, ujar salah satu sumber.
Sebaliknya, peretas Rusia yang dipercayai oleh pakar keamanan terafiliasi dengan pemerintah Rusia terus memiliki akses ke komputer-komputer milik Partai Demokrat selama berbulan-bulan ditengah fase krusial pemilihan umum Amerika.
Terakhir kali para peretas mengakses sistem DNC dan jaringan yang digunakan oleh Komite Kampanye Kongres Demokrat, sebuah kelompok penggalang dana untuk kandidat dari partai Demokrat, adalah pada Juni, sebut seseorang yang mengerti akan hal ini.
Sementara itu, juru bicara FBI mengatakan dia tidak bisa berkomentar terkait penyelidikan yang sedang berlanjut.
Salah seorang yang mengerti hal ini mengatakan dalam komunikasi dengan DNC pada musim gugur lalu, FBI menginstruksikan personil DBNC untuk mencari tanda-tanda aktivitas tida lazim di jaringan komputer kelompok tersbeut. Staf DNC kemudian memeriksa file mereka dan tidak menemukan hal-hal mencurigakan.
Ketika pihak staf DNC meminta informasi lebih lanjut dari FBI guna membantu mereka melacak serangan tersebut, institusi tersebut menolak permintaan mereka. Dalam beberapa bulan berikutnya, pejabat FBI berbicara dengan staf DNC terkait hal lain tetapi tidak menyebutkan kecurigaan terkait keterlibatan Rusia dalam serangan tersebut.
Sumber tersebut mengatakan tim IT DNC tidak menyadari keseriusan masalah serangan yang terjadi hingga akhir Maret.
Sejumlah email yang diretas dari DNC bocor pada saat berlangsungnya konvensi Partai Demokrat pada 25-28 November untuk menominasikan Hillary Clinton sebagai calon presiden dari partai itu. Hillary akan maju menghadapi calon dari partai Republik Donald Trump pada 8 November nanti.