Bisnis.com, JAKARTA-Sampur merupakan kawasan permukiman penduduk yang letaknya di sebelah selatan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Meski loksinya masih ada, tetapi namanya mulai jarang disebut-sebut dalam kancah politik, sosial, maupun ekonomi dan pembanguna di Ibu Kota.
Rupanya kawasan tersebut mempunyai riwayat khusus pada masa lalu, di zaman penjajahan Belanda dengan VOC-nya.
Zaenuddin HM, dalam bukunya “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman, terbitan Ufuk Press pada Oktober 2012, menjelaskan dahulu kawasan Sampur adalah obyek wisata pantai.
Obyek wisata pantai yang paling terkenal di Batavia itu dan menjadi pilihan utama di teluk Jakarta, yang menjadi tempat melancong orang-orang Eropa.
Pantai tersebut disukai oleh noni-noni dan sinyo (sebutan untuk mudah-mudi Belanda) dan demikian pula masyarakat pribumi banyak yang berkunjung ke sana, terutama pada sore hari.
Tetapi agak sepi ketika malam saat bulan terang, karena biasanya kawasan tersebut menjadi banjir akibat air laut pasang.
Pengusaha Belanda menamai pantai paling favorit untuk bersantai dengan nama Zandpoort. Namun, masyarakat pribumi tidak fasih melafalkan kata dari bahasa Belanda.
Karenanya masyarakat pribumi menyebut kata Zandpoort menjadi Sampur. Dan sejak itulah hingga saat ini tempat tersebut disebut Sampur.
Kini Sampur merupakan permukiman penduduk biasa, tidak lagi obyek wisata, apalagi di Jakarta utara sudah ada pantai Bina Ria Ancol. Nama Sampur pun jarang disebut dalam kancah pembanguna kota Jakarta.