2. BREXIT: Crash Landing - Krisis kredit 2.0, Skenario Kelam
Kekacauan politik akan mengakibatkan kekacauan Ekonomi. Kepercayaan di Britania Raya dan Eropa mencapai titik nadir, karena di negara anggota UE lainnya pihak yang skeptis berhasil mendapatkan dukungan untuk melakukan referendum EXIT. Terjadi ketakutan yang luar biasa terhadap berjangkitnya BREXIT terhadap SWEXIT, FREXIT, DENXIT, NEXIT dsbnya.
Investor International menghindari investasi di Eropa. Karena hengkangnya modal dalam jumlah besar ini, maka nilai valuta Pound Sterling dan EURO akan anjlok.Terutama untuk Britania Raya hal ini akan berdampak sangat negatif. Inggris menghadapi neraca perdagangan yang negatif sebesar 7% bahkan harus meminta IMF untuk membantunya seperti di akhir dekade 70-an. Di negara-negara daratan Eropa yang ekonominya cukup kuat, partai politik yang populis akan memaksa untuk mengeluarkan Yunani dari pemakaian mata uang EURO.
Pada triwulan III 2016 diputuskan untuk tidak lagi memberikan pinjaman kepada Yunani. Maka akan terlihat eksplosi suku bunga di negara-negara Eropa Selatan, seperti yang terjadi di Irlandia, hal mana sangat berhubungan dengan nasib yang dihadapi Britania Raya. Kelangsungan mata uang Euro akan menghadapi keadaan yang berbahaya ketika Bank Sentral Eropa memperlihatkan 2.500 milyar dalam bentuk Obligasi didalam Neracanya.
EURO akan anjlok dan akan terjadi penarikan besar besaran pada perbankan, sama seperti yang terjadi pada Krisis Kredit tahun 2008. Pemerintahan di Negara Eropa harus melakukan nasionalisasi terhadap bank yang bermasalah: inilah Krisis kedit 2.0 karena terjadinya di Eropa (Krisis kredit 1.0 terjadi di Amerika Serikat).
Kekacauan akan bertambah besar karena hancurnya keadaan keuangan dan ekonomi Britania Raya. Irlandia Utara yang memilih untuk tetap bergabung dengan UE akan memilih untuk bersatu dengan Irlandia dan Skotlandia akan melepaskan ketergantungannya pada Inggris. Porak-poranda Britania Raya akan mengakibatkan Krisis Ekonomi dan Krisis Moneter di mana semua negara Eropa pada akhirnya harus mencetak mata uangnya sendiri dan pada akhirnya harus mengimplementasi kembali peraturan dan regulasinya masing-masing.
Pertanyaannya apakah mimpi Winston Churchill untuk melihat Eropa Raya yang bersatu hanya sekadar mimpi indah yang belum selesai yang akan berakhir menjadi mimpi buruk? Hanya sejarah yang bisa menjawabnya.