Bisnis.com, KAIRO – Dengan memiliki banyak situs arkeologi dan resort di sepanjang Laut Merah, Mesir menjadi tujuan wisata paling terkenal bagi turis Barat bahkan dunia.
Namun, industri pariwisata dan penerbangan Mesir sesungguhnya tumbuh dalam teror dan konspirasi kepentingan global yang teramat rumit untuk dimengerti orang awam. Pembunuhan, operasi intelijen, kontra-intelijen, dan konspirasi, berkelindan seperti benang kusut di dalamnya.
Reuters, Kamis (19/5/2016), mencatat pada tahun lalu, sektor pariwisata Mesir sempat lumpuh seusai peristiwa tertembaknya pesawat jet Rusia yang bahkan sampai sekarang penyebabnya masih menyisakan misteri.
Selain itu, gangguan keamanan lain seperti kekerasan oleh kelompok militan agama dan banyaknya serangan bom bunuh diri di negara itu, membuat industri pariwisata Negeri Para Firaun ini berada pada titik nadir.
Menurut airfleets.com, Egypt Air memiliki 57 unit Airbus dan jet Boeing, termasuk 15 pesawat dari keluarga Airbus A320.
Namun, sederet kejadian nahas maskapai penerbangan nasional Mesir ini pernah terjadi. Egypt Air Airbus A321 yang dioperatori Metrojet milik Rusia pernah jatuh di Sinai pada 31 Oktober 2015 dan menewaskan semua penumpang dan kru yang berjumlah 224 orang.
Rusia dan pemerintah Barat menyatakan pesawat tersebut diduga jatuh akibat ledakan bom. Dugaan ini diperkokoh oleh pernyataan kelompok ISIS yang mengaku telah menyelundupkan perangkat eksplosif pada pesawat.
Berdasarkan pengakuan seseorang yang terkait dengan peristiwa kecelakaan, pada Januari 2016 ada seorang mekanik Egypt Air, yang sepupunya bergabung dengan kelompok militan ISIS di Syiria. Dia diduga telah memasang perangkat bom aktif.
Pada Maret, pesawat Egypt Air terbang dari Alexandria ke Kairo dibajak dan dipaksa mendarat di Siprus oleh seorang pria. Otoritas resmi menyatakan bahwa pelaku tersebut membawa bom bunuh diri tetapi palsu. Pelaku akhirnya ditangkap setelah menyerahkan diri.
Kecelakaan fatal yang menimpa pesawat Egypt Air lainnya terjadi pada Mei 2002, ketika Boeing 737 menabrak bukit saat hendak menuju Tunis-Carthage International Airport, Tunisia, yang menewaskan 14 orang.
Pada Oktober 1999, petugas utama Boeing 767 pernah dengan sengaja menabrakkan pesawat Egypt Air ke Samudra Atlantik sekitar 60 mil di selatan Pulau Nantucket, Massachusetts, yang membunuh semua penumpang yang berjumlah 217 orang.
Kali ini, manajemen maskapai nasional Egypt Air kembali kehilangan satu pesawatnya lagi. Pihaknya menyatakan pesawat yang membawa 69 orang dan kru dalam perjalanan dari Paris ke Kairo menghilang dari radar di atas Laut Mediterania pada Kamis (19/5/2016).
“Sumber resmi Egypt Air menyatakan pesawat bernomor penerbangan MS804, yang tinggal landas dari Paris pukul 23.09 (waktu setempat) menuju Kairo telah hilang dari radar,” tulis sumber itu dalam akun Twitter resmi perusahaan.
Cuitan selanjutnya dari Egypt Air menyatakan pesawat yang terbang pada ketinggian 37.000 kaki (11.280 meter) itu hilang setelah memasuki kawasan udara Mesir. Pesawat jenis Airbus A320 ini membawa 59 penumpang dan 10 kru di dalamnya. Menurut flightradar24.com, seperti dikutip dari Reuters, posisi pesawat terakhir diketahui berada di atas Laut Mediterania.
Pihak Penerbangan Sipil Mesir menyatakan tim pencarian dan penyelamat sedang mencari pesawat yang nahas tersebut. Sumber pemerintah setempat juga menyatakan informasi teknis mengenai kondisi pesawat sedang dikumpulkan. Otoritas penerbangan Prancis juga belum bisa dihubungi terkait dengan insiden ini.