Bisnis.com, SURABAYA - Ribuan warga usia produktif khususnya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pahlawan selama 2016 ini diketahui menganggur.
"Kami punya data by name anak di wilayah Surabaya Utara, lulusan SMA/SMK yang belum diintervensi. Sekarang anaknya terlibat Curas (pencurian dengan kekerasan)," kata Ketua Karang Taruna Surabaya M Arif'an saat dikonfirmasi aktivis Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR) di Surabaya, Selasa (19/4/2016).
Menurut dia, himpitan ekonomi dan minimnya ketersediaan lapangan kerja berimbas pada tingginya tingkat kriminalitas, akhir-akhir ini. Ia membeberkan data yang disebutnya memiliki korelasi dengan angka kejahatan terutama kejahatan jalanan, jambret, begal dan lainnya.
Arif'an menyebut data survei pihaknya baru 10 kecamatan. Kendati demikian tiap tahun Karang Taruna selalu memperbaruinya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya mengatakan permintaan pelatihan dan membuka usaha baru sangat besar. Hal ini, lanjut dia, bukan saja dipicu banyaknya lulusan SMA/SMK dan usia produktif yang belum bekerja.
"Namun juga dipengaruhi tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dialami diusia 20-35 tahun. Ini sangat banyak," katanya.
Pada 2016 ini, kata Arif'an, Karang Taruna fokus didata 10 kecamatan saja. Tiap kecamatan diambil 90 orang, sehingga total dari 10 kecamatan itu ada 900 orang. Jika itu diberlakukan semua kecamatan di Surabaya maka jumlah pengangguran usia produktif bisa mencapai ribuan.
"Biar kami fokus ke permintaan minat mereka, kerja atau usaha. Ditambah lagi dengan eks pasien Narkoba yang sebagian besar generasi muda," ujarnya.
Tahap pertama menyikapi 900 orang ini, Karang Taruna akan terlebih dulu menetapkan 150 orang sebagai peserta pelatihan membuka usaha baru. Mereka yang berusia 20-35 tahun akan dibekali di Villa Kalijudan, milik Pemkot Surabaya.
Arif'an merinci kecamatan asal peserta pelatihan usaha di antaranya, Jambangan, Wonokromo, Semampir, Gayungan, Sukomanunggal, Sawahan, Tambaksari, Wonocolo, Krembangan.
Jenis usaha yang ditawarkan cukup banyak di antaranya jasa servis dan gulung dinamo, pembuatan roti, pembuatan dan penjualan nasi krawu, ternak ikan, jual roti bakar, membuka jahitan, toko perancangan, membuka warung kopi, jual es jus, rias penganten. Selain itu, ada usaha bekled jok mobil dan motor, kerajinan tangan, air isi ulang, jamur krispi, lukisan cobek, cetak mug, servis ac, warung nasi dan lainnya.
Ketua Hotline Pendidikan Surabaya Isa Anshori mengatakan, pihaknya menyimak keberadaan pelaku kriminalitas di Surabaya yang ditembak kakinya oleh polisi, rata-rata usia produktif 17-29 tahun.
"Kalau data Karang Taruna baru 10 kecamatan saja ada 900, artinya bisa 90 orang perkecamatan. Kalau 31 kecamatan, maka tinggal kalikan aja, bisa diketahui ada ada 2.790 orang lulusan SMA/SMK dan usia produktif menganggur," rinci Isa yang juga Sekretaris Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR) usai audiensi dengan Ketua DPRD Surabaya Armudji.
Kalau di 10 kecamatan saja sudah didapatkan data 900 orang, menurut Isa, berdasarkan permintaan kerja dan usaha berarti bisa lebih banyak lagi dari seluruh kecamatan se-Surabaya.
"Atau kalau dihitung rata-rata itu berarti disetiap kecamatan ada 90 orang usia produktif yang belum bekerja. Lalu apakah bisa juga dikatakan bahwa dari 31 kecamatan di Surabaya apakah bisa di asumsikan ada 2.790-an usia produktif yang belum bekerja?," katanya.
Soal upaya Karang Taruna yang memberi pelatihan, Isa juga menanyakan kisah sukses peserta pelatihan. "Sudah saatnya juga pemkot terutama Dinas Pendidikan melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya, seperti pelaku dunia usaha dan komunitas usaha. Sehingga anak anak sekolah terutama di jenjang SMA dan SMK mendapatkan informasi peluang usaha dan bagaimana memulai usaha," katanya.
Sementara itu, Ketua Garda Muda Bibit Unggul, Achmad Hidayat, menyebut pihaknya sebagai wadah siswa dan mahasiswa berprestasi penerima beasiswa pemkot menilai SMK merupakan pendidikan vokasi tingkat awal yang memberikan pemahaman akan kompetensi teknis lapangan.
"SMK harus bisa menjawab kebutuhan tenaga kerja Kota Surabaya, mulai dari kompetensi dan kualifikasinya melalui proses pelatihan hingga sertifikasi," kata Achmad.
Menurutnya, soal meningkatnya angka kriminalitas yang dilakukan oleh lulusan SMK dan usia produktif disebabkan beberapa faktor. Menurutnya, tidak terserapnya siswa SMK dalam dunia Kerja, norma dan nilai sosial yang kurang tertanam pada siswa SMK.
"Oleh karena itu pendidikan untuk SMK tidak hanya mengenai pelatihan kompetensi kerja, namun diimbangi dengan pembinaan mental dan moral," tegasnya.
Selain itu, kata Achmad, sekolah harus aktif dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan tenaga kerja supaya dapat menyerap siswa SMK se optimal mungkin. Sinergi antara siswa, walimurid, sekolah dan masyarakat juga di butuhkan.
Ketua DPRD Surabaya Armudji usai menerima Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek menegaskan, pemkot jangan cuma memberi pelatihan, tapi juga penciptaan lapangan kerja. "Industri kreatif bisa digarap, menjadi salah satu alternatif," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Surabaya Dwi Purnomo menegaskan, pihaknya banyak menjalankan program terkait penyerapan tenaga kerja terutama dari lulusan SMA/SMK dan usia produktif. "Banyak program mas," katanya.
PENGANGGURAN: Di Surabaya, Usia Produktif Tuna Karya
Ribuan warga usia produktif khususnya lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pahlawan selama 2016 ini diketahui menganggur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium