Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia akan mengerahkan jet tempur buatan Amerika Serikat, F-16 di kepulauan Natuna untuk menangkal para ‘pencuri’.
Menteri Pertahanan Jendral (Purn) Ryamizard Ryacudu mengatakan langkah in imerupakan bagian dari pengukuhan kekuatan militer di pulau-pulau yang berseberangan langsung dengan Laut Cina Selatan. Pernyataan itu diungkapkan kurang dari dua minggu setelah peristiwa bentrok antara kapal penjaga pantai Cina dengan perahu Indonesia di daerah tersebut dalam sebuah interview dengan Bloomberg seperti dikutip pada Jumat (4/1/2016).
Militer akan atau telah menempatkan marinir, angkatan udara unit pasukan khusus, batalyon tentara, tiga pergata [kapal perang], sebuah sistem radar baru dan drone.
Rencana menempatkan lima units F-16 mencerminkan keprihatinan Indonesia akan sengketa teritorial di Laut Cina Selatan yang melibatkan Beijing dan beberapa Negara di Asia Tenggara. Indonesia tidak pernah menyuarakan klaim apapun. Namun, bentrok dengan penjaga pantai Cina bulan lalu atas penahanan kapal nelayan Cina menunjukkan adanya potensi konflik.
“Natuna merupakan pintu, dan jika pintu itu tidak dijaga maka pencuri akan bebas masuk,” ujar Ryacudu yang merupakan mantan kepala Staf Angkatan Darat. “Semua keributan yang terjadi hingga saat ini karena pintu itu tidak dijaga. Ini menyangkut rasa hormat akan Negara.”
Dia juga mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk memperkenalkan wajib militer di natuna dan daerah terpencil lainnya di 17,000 pulau Indonesia. “Jadi, ketika sesuatu terjadi, penduduk tidak akan takut dan mereka tahu apa yang harus dilakukan.”
Klaim Cina atas lebih dari 80% Laut Cina Selatan yang terlihat semakin jelas belakangan ini berdasarkan pada Nine Dash Line -[Sembilan Garis Imajiner] yang tidak memiliki garis koordinat yang pasti - memicu sengketa dengan Filipina, Brunei, Malaysia, dan Taiwan.
Kapal nelayan dan kapal penjaga pantai Cina yang semakin mendekaati kapal Negara-negara lain juga membuat Malaysia gelisah. Kementerian Luar Negeri Malaysia memanggil Duta Besar Cina Huang Huikang untuk mendiskusikan keprihatinan mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan kapal berbendera Cina di wilayah Laut Cina Selatan.
Aaron Connelly, seorang peneliti dari Lowy Institute for International Policy di Sydney mempertanyaklan apakah penempatan F-16 di Wilayah Natuna untuk menimbulkan efek Jera atau untuk memerangi penangkapan ikan illegal.
“Hal itu terlihat seperti parade pertujukan kekuatan, tapi itu tidak berarti sama sekali. Indonesia memiliki kartu diplomatik untuk ikut dalam permainan ini tapi tidak memiliki kartu kemiliteran. Menempatkan F-16 di Natuna tidak akan membuat gentar pasukan Cina. Pesawat-pesawat itu bukanlah saranan yang wajar digunakan untuk aktifitas survey maritim.”
Ryamizard berharap bisa menyelesaikan kesepakatan pembelian 8 atau 10 jet tempur Sukhoi Su-35dalam kunjungannya ke Rusia di awal April. Pemerintah mempertimbangkan untuk membeli F-16 V produksi Lockheed Martin Cop’s, BAE Systems Plc’s Eurofighter Typhoon atau Saab AB’s Gripen.
Menurutnya Indonesia akan terus mempertimbangakn negara-negara lain untuk pengadaan pesawat sejenis.
“Kita akan beli dari Eropa dan Amerika juga Rusia,” katanya. “Kita tidak membuat prioritas. Yang penting adalah jika kita butuh dan didukung oleh penelitian lebih lanjut maka akan kita beli. Kita akan memperbaharui pesawat lama bukan menambah pesawat baru.”