Bisnis.com, PADANG - Inflasi Sumatra Barat pada Januari 2016 tergolong rendah, hanya 0,05%, jauh lebih rendah dari Desember 2015 yang mencapai 1,79%.
Meskipun begitu, Bank Indonesia meminta pemerintah daerah setempat mewaspadai gejolak harga pangan yang berpotensi mengalami kekurangan pasokan akibat perubahan cuaca yang tidak menentu.
Kepala Perwakilan BI Sumbar Puji Atmoko mengingatkan ancaman berkurangnya pasokan bahan pokok dari sentra produksi di Jawa, karena perubahan iklim bisa mengakibatkan inflasi melambung tinggi.
“Perlu diwaspadai potensi risiko terbatasnya pasokan komoditas. Pergeseran musim tanam di Jawa akibat fenomena El Nino serta intensitas hujan tinggi bisa berdampak gagal panen,” ujarnya di Padang pada Rabu (3/2/2016).
Menurutnya, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) perlu meningkatkan koordinasi dan menjamin komoditas pokok di daerah itu tersedia, sehingga menutup peluang munculnya spekulan akibat pasokan yang terbatas.
Termasuk dalam koordinasi itu ialah juga mendorong daerah penghasil komoditas pertanian di Sumbar, seperti beras, cabai merah, dan bawang agar meningkatkan produksi.
Inflasi dua kota di Sumbar yang menjadi barometer pergerakan ekonomi setempat, yakni Padang mengalami inflasi 0,02%, dan Bukittinggi 0,30%.
Inflasi rendah daerah itu didorong kebijakan terhadap administered prices atau barang-barang yang diatur pemerintah mengalami deflasi 0,77%.
Sementara, harga kelompok volatile food seperti daging ayam ras, bawang merah, dan cabai merah naik akibat pasokan berkurang.