Kabar24.com, JAKARTA - Anggota organisasi kemahasiswaan diminta tak hanya berfokus pada persoalan politik, tetapi juga aspek ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan demi meminimalisir kesenjangan di antara masyarakat.
Hal itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat meresmikan Pembukaan Kongres ke-29 dan Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) ke-28 Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) di Istana Wakil Presiden, Senin(25/1/2016).
"Mahasiswa jangan hanya semangat bicara politik, kita kekurangan profesional, pengusaha, pedagang. Kita harus mengisi kekosongan dan kesenjangan itu," paparnya.
Dia menyebutkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Dunia, Indonesia sedang terjebak dalam tingginya kesenjangan ekonomi sosial. Dia menggambarkan, 1% masyarakat Indonesia menguasai hingga 50% aset bangsa.
Wapres mengaku tak ingin porsi 1% warga kaya menyusut karena akan mempengaruhi kondisi lapangan kerja. Namun, dia berharap 99% warga mengalami peningkatan kemampuan kualitas hidup demi mendorong kemajuan bangsa.
Menurut Kalla, penurunan kesenjangan bisa dicapai melalui peningkatan produktivitas dan pengembangan teknologi oleh generasi muda.
Oleh karena itu, dia mengimbau generasi muda untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan, serta memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan agar turut berperan menjalankan pemerintahan.
Pemerintahan tak hanya bisa dijalankan oleh pihak pemerintah seperti pegawai negeri sipil (PNS), tetapi juga para ahli atau profesional dan pengusaha.
"Kalau semua orang berpikir jadi politisi, anggota DPR, bupati, akhirnya kesenjangan makin besar. Di sisi lain, tidak banyak tersedia ahli TI, engineering," sebutnya.