Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fahri Hamzah: Pemikiran Megawati Patut Diapresiasi

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan bahwa dirinya sependapat atas pemikiran Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri untuk kembali kepada GBHN dan mengadakan amandemen UndangUndang 1945.
Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo/Antara
Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan bahwa dirinya sependapat atas pemikiran Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri untuk kembali kepada GBHN dan mengadakan amandemen Undang—Undang 1945.

Saat ditemui usai menghadiri pembukaan Rakernas PDIP di Jakarta International Expo, Minggu (10/1/2016) dia mengatakan pemikiran Megawati itu harus dihormati dan diapresiasi serta menjadi bahan kajian akademisi, kelompok inteletual serta politisi.

“Ikhtiar ibu Mega terkait proses kembali perjalanan bangsa kita setelah 17 tahun amandemen konstitusi dan bentuk baru dari negara kita harus dihormati dan diapresiasi serta menjadi bahan kajian akademisi, kaum intelektual serta politisi," ujarnya.

Dia mengatakan pakah betul Indonesia perlu melakukan semacam amandemen kelima dan perombakan ketatanegaraan yang lebih sesuai dengan keperluan kita sebagai bangsa, karena amandemen kita kan baru empat kali. Nah, negara-negara besar seperti Amerika dan lain-lain itu sudah puluhan kali melakukan amandemen, kita hanya baru empat kali”

Dia menambahkan bahwa dalam masih ada beberapa format ketatanegaraan yang hingga kini masih belum jelas bentuknya.  

“Nah, ajakan bu mega itu menarik untuk dibahas dan menjadi kajian kita semua, saya kira dalam  banyak hal saya sendiri setuju dengan amandemen kelima karena ada beberapa format ketatanegaraan yang mulai harus dicari bentuknya supaya ideal. Saya kira itu menarik,  termasuk di dalamnya pemikiran tentang perencanaan nasional jangka panjang yang lebih permanen, saya kira itu masuk akal. Jadi banyaknya negara yang saat ini keliahatan goncang, membuat fikiran beliau beranggapan bahwa kita harus memperkuat satu proses perencanaan jangka panjang sehingga tidak gampang bagi generasi—generasi yang akan datang itu seperti kehilangan pegangan lalu kemudian punya orientasi lain yang tidak sesuai dengan falsafah negara kita. Nah ini saya kira bagus sekali.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper