Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda, Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara

Sidang Kabinet Paripurna pertama 2016 pada Senin (4/1/2016) berlangsung berbeda dengan sebelumnya yang selalu di Kantor Presiden kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Antara
Presiden Joko Widodo (Jokowi)/Antara

Kabar24.com, JAKARTA - Sidang Kabinet Paripurna pertama 2016 pada Senin (4/1/2016) berlangsung berbeda dengan sebelumnya yang selalu di Kantor Presiden kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Kali ini, sidang yang dihadiri seluruh menteri dan kepala lembaga tersebut digelar di Istana Negara. Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, sidang kabinet paripurna di Istana Negara baru pertama kali.

Pantauan Bisnis.com di Istana Negara, Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla duduk berdampingan menghadap para menteri yang duduk secara melingkar.

Presiden dan Wapres duduk tepat di bawah lukisan Presiden RI pertama Soekarno. Jokowi mengenakan kemeja batik lengan panjang dan JK mengenakan kemeja biru muda lengan panjang.

Di sisi kanan Presiden terlihat Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menko Kemaritiman Rizal Ramli. Di jajaran kursi ini tidak terlihat Menko PMK Puan Maharani. Kursi urutan selanjutnya Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.

Sementara di sebelah kiri Presiden dan Wapres duduk scara berurutan Mensesneg Pratikno, Seskab Pramono Anung, Kepala KSP Teten Masduki, Kepala Bappenas Sofyan Djalil dan Menteri BUMN Rini M Soemarno.

Topik sidang kabinet paripurna adalah Program dan Kegiatan Pemerintah Tahun 2016. Presiden dalam pengantarnya menyampaikan ucapan selamat tahun baru 2016. "Hari ini adalah sidang kabinet paripurna perdana tahun 2016. Yang pertama saya ucapkan selamat tahun baru 2016," kata Presiden.

Selanjutnya Presiden menyampaikan laporan tentang kondisi perekonomian selama tahun 2015 yang dilaporkan Menko Perekonomian Darmin Nasution. Yakni inflasi 3,3% dan perkiraan pertumbuhan ekonomi 4,7%-4,8%.

"Dibanding negara lain sangat cukup baik karena negara lain angkanya turun 1,5%, 2%, 3% minusnya dari pertumbuhan ekonomi sebelumnya," ujar Presiden. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akhirul Anwar
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper