Kabar24.com, JAKARTA -- Jelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang tinggal menghitung hari, para mahasiswa dituntut untuk bisa siap menghadapi arus global tersebut.
Perguruan Tinggi pun turut adil dalam mempersiapkan para mahasiswanya agar tak gentar menghadapi persaingan yang semakin ketat ini. Menurut Dosen Jurusan Arsitektur ITS, Ir Endrotomo menyatakan bahwa mahasiswa yang sudah siap adalah mereka yang sudah memiliki KKNI.
"Mahasiswa yang siap adalah mereka yang memiliki kualifikasi Kerangka Kualifasi Nasional Indonesia (KKNI)," ungkapnya seperti dikutip di laman ITS, Selasa (29/12/2015).
KKNI ini sendiri merupakan sebuah tolok ukur bagi kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang ada di Indonesia.
"KKNI ini menjadi tolok ukur apakah seseorang layak dan mampu di bidangnya. Bukan hanya sebatas gelar yang diterima," ujarnya.
Dalam kualifikasi KKNI ini terdapat sembilan level. Di mana jika seseorang memiliki level tertinggi akan semakin diperhitungkan dalam dunia kerja.
"KKNI menggunakan empat indikator dalam mengkualifikasikan fresh graduate, yakni pendidikan formal, profesionalitas, pengalaman, dan kemampuan di dunia kerja. Jadi orang yang memiliki kemampuan tinggi lebih dihargai daripada yang memiliki gelar saja," imbuhnya.
Gelar sarjana (S-1) sendiri menjadi salah satu level yang berada diurutan keenam, sementara lulusan arsitektur berada di level ketujuh.
"Namun menjadi level enam dan tujuh tersebut hanya pendidikan formal. Masih dibutuhkan tiga indikator lainnya agar dapat bersaing," paparya.
Ada lagi level lain yag harus dimiliki mahasiswa yag menjadi indikator yangs udah disepakati yakni kemampuan kerja, sikap, pengetahuan, serta wewenang. Karena itulah, hal ini menjadi tantangan bagi negara yang tertinggal di ASEAN.
"Jadilah mahasiswa yang tidak hanya menganggarkan gelar saja, tetapi juga memiliki kemampuan yang dapat diperhitungkan," tambahnya.