Kabar24.com, JAKARTA-- Para ilmuwan yang mempelajari pembiakan panda di tempat penangkaran, Selasa (15/12/2015), mengatakan, bahwa sejauh ini panda berhasil kawin dan menghasilkan anak, jika menunjukkan perilaku istimewa pada pasangan potensial.
Ketika panda raksasa dalam eksperimen pembiakan di lingkungan terkontrol tidak menunjukkan preferensi itu, meski secara genetik dianggap cocok sebagai pasangan, peluang mereka sukses kawin anjlok menjadi nol.
"Menggabungkan pilihan pasangan ke program pembiakan konservasi bisa membawa perbedaan sangat besar bagi keberhasilan program pembiakan spesies terancam punah, meningkatkan efektivitas biaya dan tingkat sukses secara keseluruhan," kata ahli konservasi Biologi Meghan Martin-Wintle dari San Diego Zoo Institute for Conservation Research.
Studi itu melibatkan lebih dari 40 panda di pusat riset dan konservasi di Provinsi Sichuan, China. Panda-panda itu ditempatkan di kandang terbuka, di mana mereka bisa memilih antara dua pasangan potensial.
Ketika panda betina dan jantan dua-duanya menunjukkan kesukaan satu sama lain, ada sekitar 80% peluang mereka menghasilkan anak.
Ketika satu dari dua panda menunjukkan kesukaan pada yang lain, ada sekitar 50% peluang mereka menghasilkan anak. Ketika tidak ada yang menunjukkan kesukaan satu sama lain, peluang menghasilkan anaknya nol persen.
Menurut hasil penelitian yang disiarkan di jurnal Nature Communications, panda-panda itu menunjukkan ketertarikan pada pasangan potensial lewat perilaku seperti vokalisasi yang disebut "ciak" dan "embik", dan "membuat tanda bau" dengan menggesekkan kelenjar ke permukaan atau objek.
Panda Betina
Panda-panda betina menunjukkan daerah angiogenital mereka ke pejantan, mengangkat ekor ke udara dan berjalan membelakangi pejantan. Panda-panda jantan berdiri dengan tangan di permukaan vertikal dan kencing.
"Kami mempelajari bahwa, seperti pada manusia, sinyal-sinyal pembiakannya kompleks," kata Martin-Wintle.
Program pembiakan konservasi bertindak sebagai pengaman dari kepunahan, memberikan pengenalan kembali alam liar pada binatang yang populasinya menyusut.
Panda, yang hanya tersisa di alam liar di sedikit kawasan pegununganChina , terbukti sulit berkembangbiak di kandang.
"Pasangan dipilih untuk memaksimalkan pemeliharaan keragaman genetik dalam populasi panda. Ini esensial untuk menjaga kesehatan populasi, dan baru-baru ini kita tidak ada masalah dengan ini," kata Ronald Swaisgood, Direktur Institut Ekologi Hewan Terapan.
"Namun, seringkali ada beberapa calon pasangan yang secara genetik cocok, dan kami yakin bahwa perilaku dan pilihan pasangan berperan penting dalam memperbaiki tingkat keberhasilan pembiakan di antara pasangan-pasangan yang secara genetik cocok," katanya.