Bisnis.com, PADANGBank Indonesia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat bakal membaik pada kuartal penghujung tahun ini di kisaran 4,7% - 5,1%, dengan asumsi belanja pemerintah dan investasi meningkat.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko menyebutkan ada potensi membaiknya pertumbuhan yang berasal dari peningkatan konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah dan investasi.
"Perkiraan kami masih bisa tumbuh di kisaran 4,7% - 5,1% year on year (yoy) pada kuartal IV/2015, meski di kuartal sebelumnya melambat, bahkan di bawah nasional," katanya, Senin (30/11/2015).
Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumbar dari sisi sektoral akan ditopang lapangan usaha besar dan eceran, lapangan usaha konstruksi, lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha transportasi dan pergudangan.
Keyakinan pertumbuhan itu didukung dengan prediksi inflasi yang hanya di kisaran 0,3% - 0,7%. Apalagi, sepanjang tahun ini laju inflasi Sumbar cenderung terus menurun setelah 2 tahun berturut-turut membukukan inflasi selangit.
Puji meyakini terkendalinya pasokan bahan makanan, khususnya komoditas cabai merah yang sudah memasuki musim panen di sejumlah daerah akan mengerem laju inflasi.
Selain itu, harga bahan bakar minyak (BBM) yang stabil cenderung turun, tarif dasar listrik, dan gas seiring dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi pemerintah diyakini bakal menciptakan stabilitas yang mendorong inflasi lebih terkendali.
Inflasi dari awal tahun cenderung terus menurun, di akhir 2015 perkiraannya berada di level terendah di kisaran 0,3% - 0,7% (yoy), katanya.
Sebelumnya, laju pertumbuhan ekonomi Sumbar di kuartal III/2015 hanya tercatat 4,71%, lebih rendah dibandingkan periode tiga bulan sebelumnya yang masih membukukan pertumbuhan 5,31%.
Pencapaian tersebut merupakan yang terendah sepanjang lima tahun terakhir, sebab untuk pertama kalinya pertumbuhan ekonomi Sumbar berada di bawah pertumbuhan rerata nasional.
Dia mengatakan anjloknya konsumsi rumah tangga serta menurunnya kinerja ekspor menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah itu. Perlambatan juga didorong turunnya harga komoditas dan rendahnya permintaan ekspor.