Kabar24.com, PADANG--Pelaku industri perbankan di Sumatra Barat meyakini penyaluran kredit di daerah itu bakal kian tumbuh menyusul kebijakan pemulihan ekonomi yang dilakukan pemerintah, dan kebutuhan permodalan sektor usaha.
Branch Manager Bank Panin cabang Padang F Sandra Wati menyebutkan potensi pertumbuhan pembiayaan di daerah itu tergolong besar, mengingat kebutuhan permodalan sektor UMKM yang cukup tinggi.
Kebutuhannya tinggi, apalagi kan umumnya dari sektor ritel dan UKM lagi butuh penguatan modal, katanya kepada Bisnis.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, struktur perekonomian Sumbar yang didominasi UMKM membutuhkan penguatan modal terus-menerus, sehingga kebutuhan kredit kian melambung.
Apalagi, sepanjang tahun ini ada tren peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit.Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Sumbar yang dirilis Bank Indonesia mencatatkan pertumbuhan kredit perbankan di kuartal III/2015 mencapai 14,8% atau menjadi Rp47,37 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp41,26 triliun.
Pertumbuhan tersebut terus mengalami kenaikan dari kuartal pertama yang hanya tumbuh 13,9% dan kuartal kedua yang tumbuh 13,4%.
Meski laju kredit terus mengalami pertumbuhan, namun berbanding terbalik dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan Sumbar yang tergolong seret. Per September 2015, DPK hanya tumbuh 10,4% dari Rp30,76 triliun menjadi Rp33,97 triliun.
Laju pertumbuhan itu terus turun setelah pada kuartal pertama membukukan pertumbuhan 18,1% dan 13,2% di kuartal kedua.
Direktur Pemasaran Bank Nagari Indra Wediana menyebutkan rendahnya harga komoditas petani, terutama karet dan sawit akibat pelemahan ekonomi ikut berkontribusi terharap koreksi kinerja perbankan di daerah itu.
Walaupun begitu, dia meyakini potensi pertumbuhan masih terbuka lebar. Mulai maksimalnya belanja belanja pemerintah di penghujung tahun disertai kebijakan pemulihan ekonomi ikut mendorong tumbuhnya pembiayaan.
"Kami proyeksikan tumbuh 11% - 12%, sebetulnya masih bisa lebih, tapi harus dijaga agar kualitas kredit terkendali," katanya.
Adapun, pertumbuhan kredit Bank Nagari per September 2015 hanya 9,58% dari Rp13,14 triliun tahun lalu menjadi Rp14,40 triliun.
Sedangkan DPK hanya tumbuh 5,40% menjadi Rp15,40 triliun dari Rp14,61 triliun.
Indra Yuheri, Kepala OJK Perwakilan Sumbar mengungkapkan tren pertumbuhan kredit di daerah itu diikuti pula meningkatnya rasio kredit bermasalah atau (non performing loan/NPL) yang mencapai 3,1%.Yang perlu diwaspadai bank, adalah potensi meningkatnya rasio NPL, ini perlu dicermati, katanya.
Dia meminta bank untuk meningkatkan kehati-hatian dalam menyalurkan kredit, serta pembinaan terpadu dalam skema pembiayaan kepada nasabah berisiko, sehingga potensi gagal bayar debitur bisa dicegah.