Bisnis.com, SEMARANG—Jelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean akhir tahun ini, neraca perdagangan Jawa Tengah dengan Asean masih defisit meski bergerak dengan tren menyempit.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng mencatat sepanjang Januari-Oktober 2015 neraca perdagangan regional dengan sejumlah negara Asean defisit US$1,07 miliar. Kendati masih berkutat pada area negatif, defisit neraca dengan Asean sudah menyempit sekitar 88% secara year-on-year (y-o-y).
Pada periode Januari-Oktober 2014, defisit neraca perdagangan Jateng dengan Asean menembus level US$2,02 miliar. Angka tersebut adalah hasil selisih ekspor-impor secara kumulatif, baik komoditas nonmigas maupun migas.
Sementara itu, khusus tahun 2015 neraca perdagangan Jateng dengan Asean memang menyusut. Pada Juli defisit tercatat masih mencapai US$185,35 juta sedangkan terakhir, selama Oktober 2015 defisit sudah menciut menjadi US$79,74 juta.
Sepanjang tahun ini, defisit terbesar terbentuk antara Jateng dengan Singapura dengan nilai defisit US$692,78 juta diikuti oleh Malaysia dengan minus US$286,57 juta. Kepala Bidang Statistik BPS Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan defisit dengan kedua negara ini dipicu oleh impor minyak dan gas.
“Singapura itu hanya memperoleh fee. Sebaiknya kita fokus pada nonmigas karena memang Jateng tidak memproduksi migas dalam jumlah besar,” katanya usai memaparkan kinerja ekspor-impor Jateng, Senin (16/11/2015).
Sementara, setelah Singapura dan Malaysia, defisit terbesar Jateng terbentuk dengan Thailand dengan minus neraca mencapai US$78,94 juta sepanjang tahun ini. Dengan tren tersebut, Zamachsyari menilai tak perlu ada kekhawatiran terkait MEA di penghujung 2015.