Kabar24.com, JAKARTA -- Jalur yang paling memungkinkan untuk menyatukan keberagaman suatu bangsa adalah melalui budaya. Kerja sama kebudayaan antar negara sering kali membawa konsekuensi pada kerja sama di bidang lainnya, seperti ekonomi, pendidikan, dan lain-lain.
Festival Budaya Melanesia menyadarkan seluruh pihak bahwa meski latar belakang dan garis darah berbeda, namun kesamaan cita-cita menjadikan persatuan antar negara-negara yang memiliki ras Melanesia terbangun.
“Di sini kita melihat bahwa budaya memang mengambil peran besar. Dengan adanya pertemuan ini kita berharap, generasi muda kita akan memiliki kesadaran bahwa latar belakang dan garis darah boleh berbeda, tetapi kesamaan cita-cita membuat kita harus selalu bersatu bersama-sama. Itu pesan yang harus kita kirim kepada anak-anak muda kita,” tutur Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan saat membuka Festival Budaya Melanesia di Kupang, melalui keterangan tertulis yang diterima Kamis (29/10/2015).
Negara yang bergabung dalam festival tahun ini adalah Indonesia, Fiji, Papua Nugini, Solomon Island, Timor Leste, dan New Caledonia.
Anies berharap, melalui festival ini, budaya yang dimiliki ras Melanesia dapat senantiasa dirawat, dilestarikan, dan dikembangkan.
Ini menjadi kesempatan yang baik bagi seluruh negara ras Melanesia mengembangkan strategi bersama dalam merawat, melestarikan, dan mengembangkan budaya itu.
Selain itu, kata Anies, munculnya kerja sama, kolaborasi, dan interaksi yang lebih banyak melalui kegiatan ini. Menurutnya, dengan interaksi yang baik melalui aktivitas kebudayaan maka hubungan langsung dengan negara yang bersangkutan akan terbangun pula dengan baik.
“Pertemuan pertama ini menjadi tanggung jawab kita untuk meneruskannya dengan pertemuan-pertemuan berikutnya. Bila ini dilakukan secara berkala dan teratur, saya percaya efek jangka panjangnya akan menjadi luar biasa bagi pereratan masyarakat Melanesia di Pasifik Selatan ini,” ungkapnya.