Kabar24.com, TANGERANG—Sekitar 5% dari seluruh penyandang disabilitas di Indonesia dinyatakan tidak memiliki latar belakangan pendidikan memadai lantaran tidak lulus pendidikan dasar.
Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial Nahar mengatakan persentase tersebut diambil dari total populasi penyandang disabilitas di Tanah Air yang jumlahnya berkisar 6 juta orang.
“Tidak lulus pendidikan dasar menyebabkan pengetahuan dan kemempuan mereka terbatas dan mereka tidak bisa bekerja,” ucapnya di Tangerang, Senin (26/10/2015).
Penyandang diasbilitas harus diberikan kesempatan dan dijauhkan dari diskriminasi.
Ini penting mengingat Indonesia telah menyetujui konvensi PBB menyoal penyandang disabilitas.
Jika dua hal ini tidak ditegakkan maka mereka yang berkebutuhan khusus akan terus terpinggirkan.
Nahar mengakui dalam praktik di lapangan Indonesia masih sangat kurang memfasilitasi penyandang disabilitas di berbagai bidang.
Kondisi di Tanah Air sekarang sama dengan situasi yang terjadi di Australia sekitar 30 tahun silam.
“Indonesia harus bisa menghilangkan diskriminasi, memberi dorongan partsipasi agar mereka dapat akses ke berbadai bidang, seperti pendidikan, pekerjaan, dan politik,” ujar Nahar.
Peningkatan kompetensi keterampilan seorang penyandang disabilitas tak lain ditempuh melalui jalur pendidikan, khususnya formal.
Untuk mendorong hal ini pemerintah melalui Kemensos dan Kominfo turut mendukung lomba Global IT Challenge for Youth with Disabilities (GITC).
Tahun ini GITC diselenggarakan di Indonesia tepatnya di kampus Universitas Multimedia Nusantara.
Tim RI berhasil memilih 36 orang remaja penyandang disabilitas berusia 15-24 tahun, didampingi 12 pakar IT dan 12 pendamping.
Mereka akan bersaing dengan 14 negara lain.