Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak 4 Penyebab Anak Korban Kekerasan Seksual

Ketua Komnas Pelindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, menyatakan ada empat faktor yang menyebabkan kekerasan seksual pada anak bisa terjadi.
Arist Merdeka Sirait/Antara
Arist Merdeka Sirait/Antara

Kabar24.com, JAKARTA-- Ketua Komnas Pelindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, menyatakan ada empat faktor yang menyebabkan kekerasan seksual pada anak bisa terjadi.

“Faktor pertama adalah ada anak yang berpotensi menjadi korban,” kata dia saat acara seminar tentang bahaya kekerasan seksual pada anak di RSJ. Dr. Soeharto Herdjan, Jakarta Barat, Kamis (22/10/2015).

Anak yang berpotensi, kata Arist, adalah anak yang cenderung penakut, berbaju ketat, dan hiperaktif.

Arist juga mengatakan, bahwa orangtua baiknya waspada, jika anak sering bermain di rumah tetangga yang tidak ada anak kecilnya, anak suka mandi bersama, anak tidur bersama, dan tidur di tempat terbuka.

Penyebab berikutnya adalah ada anak atau orang dewasa yang berpotensi menjadi pelaku kekerasan.

 “Akibat dari meniru dari orang tua, tv, video game, dan film,” ujar Arist.

Arist memaparkan, bahwa rata-rata anak yang menjadi pelaku karena mereka merupakan korban kekerasan. Sedangkan untuk pelaku orang dewasa, Arist berujar, “Yang berpotensi menjadi pelaku adalah mereka yang maniak dan kecanduan pornografi, miras, dan narkotika.”

Berikutnya adalah adanya peluang kekerasan.

“Ini bisa terjadi karena kurangnya pengawasan dan perlindungan orang dewasa terhadap anak-anak,” ucap Arist.

Kondisi yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi, antara lain anak hanya tinggal dengan pembantu atau ayah tiri atau ibu tiri atau pamannya saja. Anak juga hendaknya tidak dibiarkan sendiri di toilet dan ruang terbuka.

Seliain itu anak semestinya diawasi walaupun sedang bermain dengan orang dewasa.

“Intinya anak harus diajarkan potensi bahaya. Ajari anak agar jangan mau bila disentuh bagian tubuhnya dan rutin diajak berdialog,” kata dia.

Keempat, adalah ada pencetus dari korban dan pelaku. Arist memaparkan bahwa anak yang biasanya menjadi pencetus adalah yang sering dipeluk, dipangku, dan dicium tetapi tidak berani menolak.

“Sedangkan untuk pelaku yang menjadi pencetus biasanya memiliki dorongan seksual yang tidak tersalurkan dengan wajar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper