Bisnis.com, TASIKMALAYA - Anggota Komisi I DPR Supiadin Aries Saputra mengatakan Media sosial mempunyai dampak positif dan negatif bagi generasi muda Indonesia.
Di samping sebagai ajang komunikasi, media sosial juga digunakan sekelompok orang untuk melakukan serangan radikal melalui media sosial. "Karena media sosial sulit dikontrol," kata Supiadin saat kunjungan ke Kota Tasikmalaya, Minggu (11/10/2015).
Supiadin mensinyalir ada pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa dan membuat agar rakyat Indonesia tidak solid. Pihak tersebut ingin menghancurkan moral generasi muda. "Media yang paling tepat untuk manjalankan aksinya adalah media sosial," katanya.
Kenapa media sosial? Supiadin menjelaskan karena hampir 70% pengguna media sosial adalah generasi muda. "Kalau generasi muda dihancurkan moralnya, tidak bisa dibayangkan," ujarnya.
Saat generasi muda menjadi pemimpin di masa depan, kata Supiadin, akan luar biasa dampaknya kepada keutuhan bangsa ini. "Kita sudah lihat ada anggota DPRD terlibat narkoba, juga dengan kepala daerah, dan lainnya. Ini harus kita cegah," tegas dia.
Menurut Supiadin, generasi muda cukup bebas mengakses media sosial di kamar rumah maupun warnet. Upaya memecah belah bangsa itu, dengan memuat konten video yang tidak boleh ditonton oleh anak-anak maupun remaja.
Contoh lain, dia menambahkan, adalah tayangan televisi. Stasiun televisi cenderung hanya memperhatikan rating, tapi tidak memperhatikan dampak konten siaran terhadap moral bangsa.
"Yang paling berbahaya itu tayangan televisi. Kalau yang punya (televisi), di tiap kamar ada TV. Sulit mengontrolnya. Kalau lewat film ada batasan usia dan lembaga sensor. Untuk TV siapa yang sensor," tuturnya.
Komisi 1 DPR, kata Supiadin, dalam rapat kerja dengan Kemenkominfo sudah mengingatkan untuk membatasi serangan radikal melalui media sosial. Salah satu solusi strategis DPR, katanya, membuat regulasi untuk mencegah hal itu. "Regulasi ini tanpa mengurangi kebijakan berekspresi, ini yang sedang kita cari," katanya.
Ditanya apakah sinetron tidak berkualitas akan diblokir, Supiadin menjelaskan pihaknya akan melihat cara terbaik agar dampak sinetron itu tidak merusak moral.
DPR akan mencari aturan tepat, bukan sekadar memblokir. "Apakah blokir selesaikan masalah? Belum tentu. Kita cari aturan tepat tanpa mengorbankan pihak tertentu," katanya.
Dia juga mengajak orangtua turut berperan aktif dalam mengawasi anak-anaknya. Supiadin meminta, orangtua turut menguatkan moral agama anak-anaknya. "Banyak kasus yang terjadi, anak nonton Internet," ujarnya.