Kabar24.com, ANKARA - Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan negerinya tidak akan berkompromi perihal keamanan perbatasan. Namun, dia juga tidak menginginkan terjadi konflik antara Rusia dengan NATO.
Hubungan antara Rusia dengan NATO menegang setelah pesawat tempur Rusia memasuki wilayah udara Turki, Sabtu (3/10/2015). Hal tersebut membuat Turki mengerahkan dua jet F-16 untuk menghalau pesawat Rusia.
Duta Besar Rusia untuk Turki juga telah dipanggil 3 kali untuk mempertanggungjawabkan pelanggaran Rusia terhadap wilayah udara Turki.
Sebelumnya, serangan udara Rusia di Suriah berlangsung sejak Rabu (30/9/2015). Namun, agresi tersebut dianggap tidak ditujukan untuk ISIS, melainkan kelompok oposisi Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, "Jika Rusia kehilangan seorang teman seperti Turki, ia akan kehilangan banyak hal. Pasalnya kedua negara memiliki banyak kerjasama," ungkap Erdogan seperti dilansir BBC Rabu (7/10/2015).
Sementara itu, Davutoglu menegaskan Turki tidak akan memberikan konsesi pada kasus pelanggaran wilayah udara Turki oleh jet tempur Rusia.
Namun, pejabat Turki lainnya menunjukkan bahwa Turki menginginkan pejabat militer Rusia menjelaskan tindakan mereka dan memberikan rincian bagaimana Rusia menghindari bentrokan di masa depan.
"Rusia adalah teman, tapi jika serangan terus berulang, kita akan melihat sebagai suatu ancaman dan perilaku yang tidak ramah," kata juru bicara partai AK Omer Celik.