Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBHMI Siap Tangkal Bahaya Terorisme di Indonesia

Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PBHMI) Arief Rosyid Hasan menyatakan pihaknya siap menangkal bahaya terorisme di Indonesia dengan membumikan nilai-nilai Islam yang toleran dan menjunjung tinggi keterbukaan.
Ketua Umum PBHMI Arief Rosyid Hasan. /pbhmi
Ketua Umum PBHMI Arief Rosyid Hasan. /pbhmi

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PBHMI) Arief Rosyid Hasan menyatakan pihaknya siap menangkal bahaya terorisme di Indonesia dengan membumikan nilai-nilai Islam toleran dan menjunjung tinggi keterbukaan.

"HMI sejak lama telah mengusung Islam Nusantara, seperti digagas Nurcholis Madjid, yang toleran dan menjunjung tinggi keterbukaan. Kami siap menangkal bahaya isu terorisme di Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (29/7/2015).

Ia mengemukakan hal itu saat diskusi hubungan bilateral Indonesia dan Inggris yang melibatkan kelompok masyarakat sipil dan pemuda Indonesia dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron.

Selain untuk membicarakan hubungan bilateral Indonesia dan Inggris, diskusi ini juga diadakan sehubungan dengan isu multikulturalisme dan toleransi di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta pada Selasa (28/7/2015).

Diskusi tersebut juga dihadiri oleh Maudy Ayunda, Irfan Amalee (Peace Generation), Widya (Sabang Merauke Institute), Diajeng Lestari (Komunitas Hijabers), Fajar (Maarif Institute), dan Alissa Wahid (Gusdurian).

Agenda ini adalah penguatan kelompok masyarakat sipil dan pemuda sebagai usaha untuk menghalau ekstremisme yang kelak akan ditindaklanjuti.

David Cameron yang juga merupakan Pimpinan Partai Konservatif Britania Raya itu percaya bahwa Islam adalah agama yang menghindari adanya kekerasan.

Menurut Cameron, kekerasan yang terjadi dengan mengatasnamakan agama hanyalah ulah oknum-oknum tertentu, karenanya suami dari Samantha Sheffield ini mengharapkan pemuda mengambil sikap.

Perdana Menteri yang menjabat sejak tahun 2010 itu juga memaparkan fakta yang menunjukkan sasaran paling rentan terpengaruh dan menjadi pengikut kelompok ekstrem atau radikal adalah kaum muda.

Pertama, dikarenakan kelompok usia ini masih labil dalam pegangan nilai keagamaan.

Kedua, karena jumlah pemuda yang sangat besar hingga mencapai lebih 60 juta jiwa atau seperempat dari total penduduk Indonesia. "Aksi-aksi kelompok ekstrem yang terjadi menunjukkan pemuda selalu memegang peran yang penting, walaupun mereka sebenarnya lebih sering dikorbankan untuk kepentingan elite kelompoknya," kata Cameron.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper