Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menegaskan insiden di Tolikara, Papua, seharusnya tidak terjadi apabila komunikasi dan silaturahmi antarsuku, agama, ras, dan antargolongan terjalin dengan baik.
"Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa apa yang terjadi di Tolikara seharusnya tidak terjadi kalau komunikasi kita baik dan kalau saling silaturahmi kita ini baik," kata Jokowi di depan sejumlah tokoh lintas agama yang hadir di Istana Negara, Kamis (23/7/2015).
Menurutnya, dengan silaturahmi yang terjalin dengan baik, masyarakat dapat berkomunikasi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan masing-masing kelompok agama, baik itu Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) internasional yang digelar GIDI maupun Salat Ied yang digelar oleh masyarakat muslim di Lapangan Koramil, Tolikara.
"Tetapi saya kira tidak ada kata terlambat. Ke depan itulah yang akan kita lakukan terus, sehingga jika ada gesekan kecil dapat diselesaikan dengan lebih baik," ujar Kepala Negara.
Terkait insiden Tolikara yang menyebabkan 1 orang meninggal, 11 orang luka tembak, serta 1 musala dan 63 kios terbakar itu, Jokowi menginstruksikan penegakan hukum tanpa pandang latar belakang SARA.
Presiden juga mengapresiasi peninjauan lapangan yang dilakukan langsung oleh Kapolri Badrodin Haiti dan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
"Pada saat kejadian juga sudah saya sampaikan kepada aparat agar tegas menyelesaikan masalah, penegakan hukum, sehingga siapapun sama di mata hukum, agama apa pun," imbuhnya.
Jokowi berharap pembangunan kembali musala dan deretan kios yang terbakar dapat merevitalisasi jejak insiden di Tolikara. Presiden berharap insiden Tolikara dapat menjadi pelajaran untuk terus menjaga stabilitas keamanan dan sosial di tengah keberagaman bangsa.
"Kita berharap itu jadi pelajaran kita semua. Sekali lagi kita ingin beragam," ucapnya