Kabar24.com, JAKARTA -- Kepolisian Daerah Papua telah memeriksa sebanyak 31 saksi terkait insiden kekerasan yang terjadi di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua pada Jumat (17/7/2015) lalu.
"Tolikara sudah diperiksa saksi cukup banyak, 31 orang, tetapi masih kita akan periksa hari ini sekitar lima orang lagi," kata Kapolri Jenderal Pol. Badrodin Haiti di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Rabu (22/7/2015).
Badrodin mengatakan para saksi yang diperiksa berasal dari warga sipil, polisi, dan panitia Kebaktian Kebangunan Rohani jemaat Gereja Injili di Indonesia Tolikara. "Banyak, dari Polri dari masyarakat, dari jemaah dan dari panitia," katanya.
Sementara itu mengenai keterlibatan misionaris, Badrodin menegaskan pihaknya belum menemukan indikasi mengarah ke sana. Namun, polisi akan terus mendalami latar belakang meletusnya kerusuhan yang terjadi pada pelaksanaan salat I'd itu.
"Termasuk juga berbagai informasi yang berkembang di masyarakat, termasuk informasi yang kita dapatkan dari beberapa sumber informasi yang ada di sana. Tentu kita lakukan analisis dan penyelidikan," katanya.
Terpisah, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Tito Karnavian menegaskan kerusuhan yang terjadi di Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara bukanlah karena motif agama.
Mantan Kapolda Papua tidak sepakat bila kericuhan di sana dikatikan dengan isu keagamaan, menurut dia warga Papua justru sangat moderat dan toleran dalam persoalan keagamaan. "Belum ada konflik agama di sana tidak ada," katanya, Selasa (21/7/2015).
Para uskup di sana sambung Tito, moderat begitu meletusnya peristiwa yang terjadi saat pelaksanaa salat id itu mereka mengecam dan mengutuk insiden tersebut.
"Banyak kalangan gereja mengutuk dan mendorong penegakan hukum," katanya
Tito yakin dalam kalangan Gereja Injili di Indonesia (GIDI) tidak sependapat dengan peristiwa kekerasan itu. Karenanya, dia meminta sejumlah pihak melihat insiden Karubaga dengan menyeluruh tidak sepenggal-sepenggal.
"Saya paham betul Karubaga, tokoh pendeta saya kenal," ujarnya.