Bisnis.com, JAKARTA – Kendati volume ekspor menunjukkan kenaikan rata-rata 5% dalam tiga tahun terakhir, Pemerintah Korea Selatan disarankan mencari cara untuk menyiasati belum stabilnya pemulihan ekonomi dunia yang dapat berdampak pada penurunan permintaan ekspor.
Ekonom DBS Bank Singapura, Ma Tieying dalam risetnya mengungkapkan potensi penurunan permintaan merupakan tantangan utama memajukan ekspor Korsel. Apalagi, data menunjukkan dalam tiga bulan pertama tahun ini ekspor ke Eropa, Jepang, dan China mengalami penurunan.
“Fakta itu memang sejalan dengan pemulihan ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir. Perekonomian Eropa masih stagnan, Jepang masih rentan, dan pertumbuhan China melambat,” ungkap riset yang dirilis Kamis (19/3).
Meski demikian, DBS menggarisbawahi saat ini daya saing ekspor Korsel relatif di tataran aman, terutama jika melihatmarket share negata itu. Berdasarkan data World Trade Organization (WTO), share perdagangan global Korsel stabil di kisaran 3% pada 2013-2014.
Selain perlemahan permintaan, Tieying menuturkan ekspor Korsel pun dapat terhambat karena penurunan harga komoditas. Harga komoditas ekspor tercatat turun signifikan dalam tiga bulan terakhir.