Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semakin Berdampak Buruk, KPI Ajak Masyarakat "Diet" Nonton TV

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Sulawesi Tengah mengajak pelajar melakukan diet menonton tayangan televisi yang saat ini semakin bebas dan kian berdampak negatif.
Anak menonton acara televisi/eknazar.com
Anak menonton acara televisi/eknazar.com

Bisnis.com, PALU - Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Sulawesi Tengah mengajak pelajar melakukan "diet" menonton tayangan televisi yang saat ini semakin bebas dan kian berdampak negatif.

"'Diet' ini upaya pintar mengurangi dampak buruk siaran televisi," kata Wakil Ketua Bidang Isi Siaran KPID Sulawesi Tengah Indra Yosvidar dalam sosialisasi dengan pelajar Madrasah Tsanawiyah Alkhairaat, Palu, Minggu (15/3/2015).

Sosialisasi dilakukan di halaman sekolah dengan dihadiri dewan guru. Sebagian pelajar melontarkan pertanyaan kritis terkait dengan tontonan televisi yang memperlihatkan sikap saling serang antartokoh dan pejabat.

Mereka menganggap tokoh yang mestinya jadi panutan justru bertengkar hebat sehingga memberikan kesan buruk di tengah masyarakat.

Indra Yosvidar mengatakan sosialisasi tersebut dilakukan untuk mendorong pelajar menjadi pemirsa yang kritis dan cerdas dalam menonton siaran televisi. Menurutnya, frekuensi siaran merupakan milik negara sehingga haruus digunakan untuk kepentingan masyarakat.

"Jadi bukan milik stasiun TV atau stasiun radio tertentu. Itu milik kita. Artinya jangan sembarang memberikan siaran," katanya.

Dia mengatakan penyiaran sehat merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, industri penyiaran, masyarakat dan KPI. Sosialisasi dampak buruk siaran televisi tersebut pertama kali dilakukan di Kota Palu setelah sebelumnya KPI juga melakukan sosialisasi di sejumlah kabupaten di daerah itu.

Dalam sosialisasi itu, KPI juga memberikan rekomendasi beberapa film yang layak dan pantas dinonton untuk anak-anak dan film yang tidak layak ditonton.

"Tidak semua film kartun itu untuk program anak-anak layak dinonton. Sponge Bob, misalnya, ada kelompok agama di Amerika mengecam film itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Newswire/Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper