Kabar24.com, WASHINGTON – Hubungan Amerika Serikat dengan Venezuela semakin memburuk setelah pemerlakuan larangan kepada pejabat negara anggota OPEC itu untuk masuk ke Negeri Paman Sam.
SIMAK: ABRAHAM SAMAD DIPOLISIKAN: Ini Komentar Feriyani soal Foto di Ranjang
Amerika Serikat (AS) berdalih larangan itu diberikan kepada para pejabat Venezuela yang terlibat dalam kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) pada tahun lalu. Tapi, Nicolas Maduro merasa intervensi AS itu adalah rencana kudeta seperti yang pernah terjadi pada 2002.
“Para pejabat Venezuela yang terlibat dalam kasus pelanggaran HAM, korupsi, dan nepotisme tidak akan diterima untuk masuk ke AS,” jelas pengumuman dari Departemen Luar Negeri AS seperti dilansir Reuters pada Selasa (3/2/2015).
Pada Senin (2/2/2015) malam, Nicolas Maduro, Presiden Venezuela mempertanyakan apa yang dimaksud HAM oleh AS tersebut.
“Mereka [AS] melakukan pembunuhan terhadap warga kulit hitam, menganiaya anak-anak di kamp konsentrasi Guantanamo, Amerika Tengah, dan menghukum warga dengan sistem hukum antah berantah,” tegasnya menanggapi kebijakan AS tersebut.
Hubungan Venezuela dengan AS mulai memburuk ketika pada 2002 intervensi AS untuk mengkudeta Hugo Chavez, Presiden Venezuela saat itu gagal.
Pada 2002, Chavez akan kudeta oleh golongan sayap kanan Venezuela yang disokong Amerika Serikat. Namun, rencana kudeta yang didukung presiden AS saat itu, George W. Bush gagal terjadi dan Chavez tetap menjadi Presiden Venezuela hingga akhir hayatnya.
Pihak Maduro pun berasumsi AS masih bernafsu mengincar Venezuela yang kaya akan minyaknya.
Sebelumnya, Maduro juga mengatakan alasan AS terus menggenjot shale oil adalah untuk menghancurkan pemerintahan Venezuela yang pendapatan negaranya bergantung dari ekspor minyak.
BACA JUGA:
KPK VS POLRI: Diperiksa Bareskrim, Bambang Widjojanto Berserah ke Tuhan
RUU Perlindungan Masyarakat dari Bahaya Tembakau Diserahkan ke DPR