Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemprov Jawa Timur Tolak Raskin Dihapus

Pemerintah Provinsi dan Perum Bulog Divisi Regional Jawa Timur bersikeras mempertahankan program beras untuk warga miskin (raskin) agar jangan sampai diganti dengan uang elektronik, sebagaimana direncanakan pemerintah pusat pada 2016.
Beras Raskin/Antara
Beras Raskin/Antara

Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi dan Perum Bulog Divisi Regional Jawa Timur bersikeras mempertahankan program beras untuk warga miskin (raskin) agar jangan sampai diganti dengan uang elektronik, sebagaimana direncanakan pemerintah pusat pada 2016.

Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setdaprov Jatim Hadi Prasetyo menggarisbawahi keputusan gubernur bahwa raskin masih dibutuhkan masyarakat miskin di provinsi tersebut, dan tidak bisa diganti dengan voucher Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

“Saya sudah konsultasikan pada Gubernur Soekarwo soal rencana penghapusan program raskin ini. Prinsipnya beliau keberatan karena raskin dianggap masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Jawa Timur,” jelasnya, Selasa (27/1).

Pemprov Jatim beranggapan substitusi dengan e-money tidak akan efektif, jika mempertimbangkan kecenderungan masyarakat di provinsi beribu kota Surabaya itu.

Dia juga menilai masalah penyelewengan raskin tidak seharusnya dikaitkan dengan kebijakan ini.

“Jatim tidak mau raskin diganti uang. Kami beli raskin dengan subsidi, sehingga masyarakat bisa beli [beras] dengan harga Rp1.600/kg. Kalau diberi uang lewat kartu, maka standarnya harus jelas. Kalau yang miskin dapat e-money, itu apa bisa beli beras sendiri?”

Di sisi lain, Kepala Bulog Divre Jatim Witono menambahkan sejauh ini pihaknya masih ditugasi mengelola kebutuhan pangan pokok dalam bentuk raskin. Tahun lalu, serapan raskin di Jatim diklaim mencapai 100% dari pagu 514.344 ton.

Jatah raskin tersebut diterima oleh 2.857.469 rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) di 8.506 desa. Stok beras dan gabah Bulog Jatim tahun lalu mencapai 1,1 juta ton, yang mana sekitar 67,4% telah terserap dan menyisakan sisa stok 451.208 ton awal tahun ini.

“Bulog ini bukan hanya sebagai penyangga pangan dan stabilitator harga beras. Raskin juga bukan hanya soal menyerahkan beras pada keluarga miskin, tapi berdampak pada tingkat kesejahteraan petani,” tegasnya.

Berkat adanya program raskin, kata Witono, selama ini Bulog Jatim mampu menyerap beras produksi petani dalam jumlah besar dan menjaga stok fisik komoditas pangan paling sensitif di Tanah Air itu. Dampak lanjutannya, inflasi pun dapat dikendalikan.

“Mayoritas petani Jatim memproduksi beras medium. Kalau pemerintah tetap memprogramkan [raskin], akan ada banyak petani yang dilindungi dari segi harga, karena berasnya terjamin dan dibeli Bulog. Kalau Bulog tidak beli beras petani dalam jumlah besar, maka kasihan mereka.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper