Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perekonomian Global Kuartal IV Menguat Tipis

Kendati indeks sektor dan manufaktur beberapa negara raksasa ekonomi menunjukkan perlemahan, perekonomian global diestimasi akan menguat tipis pada kuartal terakhir tahun ini.
Perekonomian global diestimasi menguat tipis pada kuartal terakhir tahun ini./
Perekonomian global diestimasi menguat tipis pada kuartal terakhir tahun ini./

Bisnis.com, LONDON-- Kendati indeks sektor dan manufaktur beberapa negara raksasa ekonomi menunjukkan perlemahan, perekonomian global diestimasi akan menguat tipis pada kuartal terakhir tahun ini.

JPMorgan dan Markit dalam laporan bertajukGlobal All-Industry Output Indexmengungkapkan indeks PMI (purchasing managers index)manufaktur global turun tipis ke tingkat 53,2 pada November dari bulan sebelumnya 53,5.

Ekonom JPMorgan David Hensley menyampaikan dari data-data ekonomi yang dipublikasikan November, diketahui pertumbuhan ekonomi global dalam 10 bulan terakhir memang mengalami perlambatan.

Namun, survei yang kami lakukan ini menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) global akan sedikit menguat pada kuartal terakhir tahun ini, ungkap Hensley saat mempublikasikan laporan tersebut di London, Kamis (4/11).

Dia merujuk pada data PMI yang meski turun tipis, menunjukkan kemampuanmanufaktur dunia menghindari kontraksi di tengah perlambatan pemulihan ekonomi global.

Di saat yang sama, sektor jasa jasa global pun menurun tipis ke level 53,5 dari bulan sebelumnya 53,6. Adapun, JPMorgan dan Markit merakit laporan PMI global dari data PMI Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Prancis, Inggris, China, dan Rusia.

JPMorgan/Markit mencatat regional yang pertumbuhan ekonominya masih akan terseok di sisa tahun ini adalah zona euro, mengingat aktivitas bisnis tumbuh di bawah eskpektasi pada November, terdorong oleh sejumlah korporasi di daratan zona euro ramai-ramai kembali memangkas harga.

Zona 18 negara tersebut disebut konsisten mengalami penurunan indeks PMI salah satu indikator pertumbuhan sepanjang tahun ini. Indeks PMI zona euro turun menjadi 51,1 pada November dari bulan sebelumnya 52,1.

Kendati memasuki bulan ke-17 di mana indeks PMI berada di atas ambang 50, JPMorgan/Markit menggarisbawahi indeks bisnis baru yang untuk pertama kalinya jatuh sejak pertengahan 2013 menyebabkan perekonomian kian lesu pada kuartal akhir.

Produk domestik bruto zona euro sepertinya akan tumbuh 0,1% pada kuartal terakhir. Zona euro bahkan terancam memasuki era kontraksi tahun depan jika otoritas tak kunjung mampu menghidupkan kembali belanja domestik, terang ekonom Markit, Chris Williamson.

Sebelumnya, konsensus ekonom yang disurveiReutersmemprediksi zona euro akan tumbuh 0,2% pada kuartal keempat dan 0,3% pada kuartal berikutnya.

Sementara itu, data PMI manufaktur China baik yang dipublikasikan pemerintah maupun HSBC/Markit menunjukkan sektor tersebut masih lesu, namun indeks PMI jasa naik tipis terdorong oleh kenaikan permintaan.

Dari data PMI, ekonom menilai Negeri Tembok Raksasa patut mewaspadai tenaga kerja yang indeksnya menunjukkan penurunan. Seperti diketahui, Perdana Menteri Li Keqiang sempat menyatakan ia tidak persoalkan pertumbuhan rendah asalkan negara itu mampu menyediakan lapangan kerja.

Berbeda dengan China, raksasa Asia lain, India mencatat pertumbuhan industri jasa pada laju tercepatnya dalam lima bulan. JPMorgan/Markit menyimpulkan secara umum pergerakan indeks PMI negara-negara Asia tidak mengkhawatirkan.

Beranjak ke Amerika Serikat, sektor jasa Negeri Paman Sam melambat ke level terlemahnya sejak April, berada di indeks 56,2 pada November. Indeks gabungan sektor jasa dan manufaktur turun menjadi 56,1, dari indeks Oktober 57,2.

Namun, penurunan indeks PMI tampaknya tidak menjadi kekhawatiran khusus para pengambil kebijakan. Perlambatan yang terjadi masih di bawah kendali dan perekonomian menunjukkan tren pertumbuhan jangka panjang, kata Williamson.

Sebaliknya, data indeks sektor jasa yang dipublikasikan US Institute of Supply management (ISM) menunjukkan indeks menyentuh 59,3 pada November, naik dari indeks 57,1 pada bulan sebelumnya. Pemulihan AS sebagai negara perekonomian terbesar dunia diharapkan mampu menopang pertumbuhan global secara keseluruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper